POSKOTA.CO.ID - Pada Rabu, 6 Agustus 2025, langit astrologi mempertemukan Bulan dan Venus dalam formasi oposisi. Dalam astrologi, oposisi adalah saat dua planet saling berhadapan di langit, menciptakan tarik-menarik antara dua energi dominan. Bulan, simbol emosi terdalam, berlawanan arah dengan Venus, planet cinta dan keindahan.
Konstelasi ini membawa energi introspektif luar biasa. Banyak individu, terutama tiga zodiak—Aries, Gemini, dan Leo—mulai menyadari bahwa penghalang terbesar dalam hubungan bukanlah orang lain, melainkan luka yang belum sembuh dalam diri sendiri.
Baca Juga: 7 Instrumen Investasi Terbaik untuk Pemula di 2025, dari Reksa Dana, Saham, dan Kripto
Kita sering menyalahkan masa lalu atas rasa sepi yang menghinggapi. Tapi bagaimana jika luka itu bukan untuk dipertahankan, melainkan untuk dilepaskan?
Energi kosmis 6 Agustus 2025 bukan sekadar "ramalan", tetapi kesempatan spiritual. Saat Bulan mengungkap sisi rapuh dan Venus memanggil cinta yang tulus, kombinasi keduanya mendorong keberanian untuk memaafkan dan kembali membuka hati.
Bagi tiga zodiak ini, transisi tersebut bukan akhir dari kesendirian, tetapi awal dari sebuah perjalanan menuju cinta sejati yang tumbuh dari ketulusan.
1. Aries: Kekuatan dalam Menerima Kehadiran Orang Lain
Aries adalah simbol kekuatan dan inisiatif. Tapi di balik semangat pantang menyerah itu, Aries kerap menolak mengakui bahwa ia juga butuh pelukan, butuh ditemani.
Transit Bulan oposisi Venus menyadarkan Aries bahwa menutup diri bukanlah tanda kekuatan, melainkan bentuk penolakan terhadap penyembuhan. Ia mulai mengerti: menyendiri bukan selalu pilihan berani, kadang hanya bentuk pelarian dari luka lama.
Aries pun mulai melepaskan pertahanan dirinya. Ia tak lagi menganggap cinta sebagai gangguan, tapi sebagai ruang berbagi yang bisa memperkuat dirinya.
Kini, Aries tak hanya kuat secara lahiriah, tapi juga secara emosional—karena ia berani mengakui, "Aku butuh kamu."
2. Gemini: Dari Logika Menuju Kedalaman Emosi
Gemini sering terjebak dalam dunia pikirannya sendiri. Ia mudah menjelaskan apa pun dengan logika, tapi sulit memahami perasaan terdalamnya.