Rawamalang, Sempat Jadi Sorga Lelaki Hidung Belang

Selasa 17 Sep 2019, 08:59 WIB

JAKARTA – Pasca Gubernur DKI, Sutiyoso, menutup lokalisasi pelacuran Kramat Tunggak (Kramtung) di tahun 1999, nama lokalisasi Rawamalang, Cilincing, Jakarta Utara, sempat menjadi surga bagi lelaki hidung belang. Para bos-bos bekas di Kramtung berlomba membangun istana baru di tengah sawah yang jauh dari lokasi penduduk yang berseberangan dengan kali sepanjang daerah Cilincing hingga Bekasi yang dikenal dengan daerah Rawamalang. Pekerja seks komersial (PSK) yang sebelumnya bekerja di Kramtung diangkut serta untuk memeriahkan lokasi baru tersebut. Bangunan-bangunan semi permanen didirikan. Calam, salah satu pengelola kafe, di kampung Rawamalang ini berisi tiga blok dengan berjejer puluhan rumah dengan dihiasi para wanita muda yang duduk di emperan depan rumah yang merangkap café. Saat kita memasuki ke dalam cafe langsung disodorkan minum-minuman beralkohol seperti bir dan minuman ringan. Sejumlah wanita siap melantai atau berdansa dengan iringan musik dangdut atau disko. Lokasi ini dulunya berdiri di tengah sawah dan jauh dari permukiman penduduk. Meskipun lokasinya terpencil jauh dari keramaian namun bagi pengejar kenikmatan syahwat di Jakarta Utara tidaklah menjadi masalah. “Wanita penghibur penghuni Rawamalang umumnya dari desa-desa yang kehidupan mereka terhimpit kemiskinan,” ujar Calam. Lebih lanjut diceritakannya, di Rawamalang dulunya dihuni sekitar 300-400. “Dengan tarif yang cukup murah antara Rp300 ribu sekali kencan dan sudah termasuk sewa kamar. Karenanya Rawamalang memang sempat menjadi surga bagi lelaki hidung belang,” ungkapnya. Namun lokalisasi di Rawamalang, Cilincing, Jakarta Utara kini sudah tidak lagi menggeliat di era tahun 2000 ke bawah. Hal ini tidak lepas dari kian marak berdirinya kafe-kafe serupa dengan tarif yang hampir sama.(dwi/ruh)


News Update