“Mereka didorong oleh cinta Indonesia. Mereka ingin Merah Putih dihormati dan Indonesia berdiri sejajar di mata dunia,” tegasnya.
Dengan raihan 91 emas, Indonesia finis sebagai runner up SEA Games 2025, sebuah pencapaian strategis di tengah persaingan ketat dengan negara-negara unggulan Asia Tenggara. Hasil ini melampaui target awal Kemenpora dan menunjukkan efektivitas pembinaan atlet nasional di berbagai cabang olahraga.
Baca Juga: Pandeglang dan Lebak Butuh Pusat Pendidikan untuk Petani dan Nelayan
Capaian tersebut juga menjadi modal penting menuju event multi-cabang yang lebih besar, seperti Asian Games dan Olimpiade. Pemerintah memandang SEA Games bukan tujuan akhir, melainkan bagian dari proses pembentukan atlet berkelas dunia.
Sebagai kelanjutan dari kebijakan bonus, Presiden Prabowo mengumumkan rencana pembangunan pusat olahraga modern di atas lahan minimal 500 hektar. Fasilitas ini dirancang sebagai pusat pembinaan terpadu jangka panjang, mulai dari usia dini.
“Kita akan mendidik anak-anak sejak umur delapan tahun, mendatangkan pelatih terbaik, dan membangun pusat latihan hingga Olimpiade,” ungkap Presiden.
Pendekatan ini menandai pergeseran paradigma: dari prestasi instan menuju pembinaan berkelanjutan. Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia diyakini memiliki potensi besar melahirkan pahlawan-pahlawan olahraga masa depan.
Kebijakan bonus atlet SEA Games 2025 mencerminkan tiga hal utama. Pertama, kehadiran negara dalam menghargai kerja keras atlet. Kedua, keberpihakan pada prestasi sebagai simbol martabat bangsa. Ketiga, keseriusan membangun ekosistem olahraga nasional yang berkelanjutan.
Insentif yang layak dan sistem pembinaan yang kuat, prestasi bukan lagi kebetulan, melainkan hasil dari perencanaan matang. Bonus Rp1 miliar hanyalah salah satu elemen dari visi besar menjadikan olahraga sebagai kekuatan diplomasi dan identitas Indonesia di panggung dunia.
