Profil Mualem, Gubernur Aceh yang Meneteskan Air Mata di Mata Najwa Saat Bahas Banjir Aceh

Selasa 09 Des 2025, 18:58 WIB
Gubernur Aceh, Muzakir Manaf tak kuat menahan tangis saat wawancara dengan Najwa Shihab mengenai penanganan banjir Aceh. (Sumber: Instagram/@najwashihab)

Gubernur Aceh, Muzakir Manaf tak kuat menahan tangis saat wawancara dengan Najwa Shihab mengenai penanganan banjir Aceh. (Sumber: Instagram/@najwashihab)

Muzakir Manaf lahir pada 3 April 1964 di Seunuddon, Aceh Utara. Ia menyelesaikan pendidikan formal hingga tingkat menengah di kampung halamannya sebelum kemudian bergabung dalam Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 1986.

Julukan "Mualem" bukan sekadar sapaan. Dalam tradisi Aceh, sebutan tersebut diberikan kepada seseorang yang memiliki kompetensi mendalam dalam suatu ilmu, terutama militer. Gelar ini berkaitan erat dengan kiprahnya sebagai mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka.

Melansir dari berbagai sumber, ia pernah menempuh pelatihan militer di Libya bersama anggota GAM lainnya. Setelah gugurnya pimpinan sebelumnya, ia menjadi Panglima Tertinggi GAM hingga Perjanjian Damai Helsinki 2005.

Transisi dari Militer ke Politik

Pasca damai, Mualem beralih ke ranah politik formal. Ia memimpin Komite Peralihan Aceh (KPA) dan mendirikan Partai Aceh pada 2007, yang kemudian menjadi partai lokal terbesar di provinsi tersebut.

Karier politiknya mencakup:

  • Wakil Gubernur Aceh (2012–2017)
  • Ketua Umum Partai Aceh
  • Ketua Koni Aceh (2015)
  • Ketua Pramuka Aceh (2013)
  • Gubernur Aceh (2025–2030, hasil Pemilihan 2024)

Pada 12 Februari 2025, ia resmi dilantik sebagai Gubernur Aceh berpasangan dengan Fadhlullah.

Baca Juga: Identifikasi Korban Kebakaran Gedung Terra Drone Masih Menunggu Surat Penyidik

Kepemimpinan di Masa Krisis

Dalam situasi bencana, pendekatan kepemimpinan Mualem tampak jelas: tegas, langsung ke lapangan, dan menuntut tanggung jawab penuh dari seluruh pemangku jabatan.

Dalam rapat penanganan bencana Aceh, ia pernah menegaskan:

“Saya harapkan kepada Bupati/Wali Kota yang cengeng, letakkan jabatannya. Ganti yang lain, apa salahnya.”

Pernyataan tersebut memperlihatkan karakter kepemimpinan yang tegas, terutama terkait tanggung jawab struktural terhadap masyarakat di masa krisis.

Selain penanganan banjir, ia juga menolak keputusan luar daerah terkait status empat pulau yang disengketakan dengan Sumatera Utara. Mualem menyatakan bahwa berdasarkan data sejarah dan administrasi, pulau-pulau tersebut merupakan bagian dari Aceh.


Berita Terkait


News Update