Program Prioritas DPRD DKI Jakarta di 2026

Jumat 05 Des 2025, 09:53 WIB
Gedung DPRD DKI Jakarta. (Sumber: Dok. DDJP)

Gedung DPRD DKI Jakarta. (Sumber: Dok. DDJP)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - DPRD DKI Jakarta berkomitmen menjaga kualitas pelayanan publik, khususnya pada sektor kebutuhan dasar, seperti Program Pendidikan hingga layanan kesehatan.

Meskipun kondisi penganggaran harus menyesuaikan dengan kebutuhan ketika terdapat pengurangan dana bagi hasil (DBH) dari pemerintah pusat ke daerah.

Sekretaris Komisi E Justin Adrian menyebutkan, tetap memprioritaskan sektor pendidikan. Sehingga masyarakat tidak merasakan dampak signifikan dari pengurangan anggaran.

Sekretaris Komisi E DPRD DKI Jakarta, Justin Adrian. (Sumber: Dok. DDJP)

“Kita mengalami pengurangan-pengurangan. Tapi pengurangan ini sangat sedikit dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat,” ujar Justin di Gedung DPRD DKI Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pemerataan Layanan Pendidikan

Pada sektor pendidikan, tegas Justin, Komisi E mempertahankan keberlanjutan Program Sekolah Gratis. Lebih dari 100 sekolah tetap beroperasi secara gratis pada 2026.

Ia menilai, program tersebut menjadi salah satu pilar penting pelayanan publik. Harus dijaga. Memiliki kontribusi langsung terhadap kesempatan belajar bagi anak-anak dari berbagai lapisan masyarakat.

Baca Juga: Anggota DPRD DKI Lukmanul Hakim Ajak Seluruh Elemen Bantu Korban Bencana Hidrometeorologi di Sumatra

Menjaga akses pendidikan yang terjangkau, lanjut dia, merupakan bagian dari tanggung jawab pemerintah daerah. Memastikan tidak ada warga yang tertinggal dalam memperoleh pendidikan.

DPRD DKI Jakarta menegaskan komitmen peningkatan kesejahteraan warga melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2026.

Anggota Badan Anggaran Ramly HI Muhamad. (Sumber: Dok. DDJP)

Anggota Badan Anggaran Ramly HI Muhamad mengatakan, Program Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) dan Sekolah Swasta Gratis perlu terus berlanjut. Bahkan semakin meluas.

“Sekolah Swasta Gratis jangan dikurangi, justru harus ditingkatkan jumlahnya melebihi 105 sekolah sebagaimana target 2026,” ujar Ramly.

DPRD juga mendorong penambahan Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk memperluas akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. “Penambahan SLB dari 14 menjadi 44 unit perlu segera direalisasikan,” kata Ramly.

Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta M. Subki. (Sumber: Dok. DDJP)

Di sisi lain, Ketua Komisi E M. Subki mengatakan, kolaborasi antarinstansi menjadi kunci memperluas akses kegiatan belajar di luar sekolah. "Jadi, kerja sama antarinstansi ini benar-benar berjalan,” ujar Subki.

Ia menambahkan, konsep ekosistem pendidikan bisa berkembang dalam bentuk kawasan tematik. Menggabungkan unsur pendidikan, budaya, dan ekonomi kreatif.

“Jakarta perlu memiliki kawasan dengan nuansa pendidikan, seperti Kampung Inggris di daerah lain. Di sana nilai pendidikan, budaya, pariwisata, dan UMKM bisa hidup bersama,” jelas Subki.

Baca Juga: Begini Langkah Pemprov DKI Tangani Tanggul Rembes di Pantai Mutiara

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana menilai, gagasan tersebut sejalan dengan arah kebijakan pemerintah daerah dalam menjadikan Jakarta sebagai kota global yang berbudaya.

“Konsep kampung tematik pendidikan ini sejalan dengan visi Jakarta sebagai kota global. Menjadi model bagi daerah lain dalam menyiapkan sumber daya manusia unggul,” terang Nahdiana.

Kualitas Layanan Kesehatan

DPRD juga menyoroti peningkatan fasilitas kesehatan sangat penting di seluruh wilayah. Revitalisasi Puskesmas dan penambahan ambulans pun perlu menjadi prioritas agar layanan kesehatan merata. “Puskesmas harus menjadi garda terdepan pelayanan masyarakat,” jelas Ramly.

Ia menambahkan, DPRD juga meminta pemerintah memperkuat program pencegahan stunting dan gizi buruk. Termasuk layanan kesehatan mental serta pendampingan bagi anak dan remaja. “Kesehatan bukan hanya pengobatan, tetapi juga pencegahan dan pendampingan,” tutur dia.

DPRD DKI Jakarta turut merekomendasikan peningkatan koordinasi lintas dinas dalam penanganan kekerasan terhadap anak dan perempuan.

Begitu pula penyediaan psikolog di panti sosial, serta fasilitas ramah Lansia untuk mendukung Jakarta sebagai kota inklusif dan sejahtera.

Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Elva Farhi Qolbina. (Sumber: Dok. DDJP)

Sementara itu, Anggota Komisi E Elva Farhi Qolbina mengatakan, Pemprov DKI perlu memperkuat infrastruktur kesehatan. Sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat.

Hasil studi United Nations Children’s Fund (UNICEF) tahun 2021 menyebutkan, salah satu penyebab utama obesitas di Indonesia adalah pola makan yang buruk.

Masyarakat cenderung mengonsumsi makanan dan minuman tinggi lemak, gula, serta garam. Jika warga Jakarta masih kurang berolahraga dan terbiasa mengonsumsi makanan tidak sehat, maka angka obesitas akan terus meningkat.

Untuk mengatasi persoalan itu, Elva meminta Pemprov DKI terus memperbanyak sarana olahraga di ruang publik. Termasuk di area taman-taman kota.

Kota Jakarta memiliki taman-taman bagus, seperti Tebet Eco Park dan Taman Menteng. Ke depan, taman-taman seperti itu bisa dilengkapi lebih banyak alat olahraga. “Agar pengunjung termotivasi untuk beraktivitas fisik,” ujar Elva, Kamis (6/11).

Pemerataan fasilitas olahraga, menurut Elva, sangat penting. Hingga kini, lapangan dan gelanggang olahraga belum merata di setiap wilayah.

Pemprov DKI perlu merencanakan pembangunan fasilitas tersebut. “Agar masyarakat punya akses berolahraga yang memadai,” tandas Elva.

Selain penyediaan sarana, Elva juga meminta, Pemprov DKI mengintensifkan kampanye pola hidup sehat.

Puskesmas juga bisa berperan aktif dengan memberikan layanan pencegahan obesitas melalui edukasi gizi dan kegiatan olahraga bersama masyarakat.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menunjukkan, sebanyak 579.812 orang dari 1.720.658 peserta Cek Kesehatan Gratis (CKG) mengalami obesitas sentral.

“Sekitar 33,7 persen dari warga yang diperiksa lingkar perutnya mengalami obesitas sentral,” ungkap Plt Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes DKI Sri Puji Wahyuni. ( * )


Berita Terkait


News Update