Cerita Dodi Bersama Tiga Adiknya Merawat Rumah Warisan: Tidur Tanpa Atap, Mengungsi saat Hujan

Jumat 28 Nov 2025, 13:09 WIB
Dodi, 40 tahun, berdiri di area rumahnya yang mengalami kerusakan parah pada bagian atap di Depok. Kondisi rumah tanpa atap membuat para penghuninya terpaksa mengungsi saat turun hujan. (Sumber: Poskota/Angga Pahlevi)

Dodi, 40 tahun, berdiri di area rumahnya yang mengalami kerusakan parah pada bagian atap di Depok. Kondisi rumah tanpa atap membuat para penghuninya terpaksa mengungsi saat turun hujan. (Sumber: Poskota/Angga Pahlevi)

DEPOK, POSKOTA.CO.ID – Dodi, 40 tahun, warga Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Depok, bertahun-tahun tinggal di rumah warisan orang tuanya yang kini rusak parah.

Sejak kedua orang tuanya meninggal, ia menjadi salah satu tulang punggung keluarga dan menempati rumah tersebut bersama dua kepala keluarga berjumlah tujuh jiwa.

Dodi mengatakan ia pernah bekerja setahun di kapal Pelni KM Pangrango pada 2007–2008. Namun ia memutuskan tidak lagi bekerja jauh setelah pesan almarhum ibunya.

"Saat ibu Samrah mengucap melarang untuk pergi jauh tersebut, kondisinya sudah tidak baik divonis dokter terkena penyakit kanker servik stadium 4 dan akhirnya meninggal dunia di tahun 2017. Setelah ibu meninggal, menyusul bapak Dulhadi, sama divonis sakit kanker paru-paru dan meninggal dunia tahun 2022," ujarnya saat ditemui Jumat, 28 November 2025.

Baca Juga: Demi Gaya Hidup, Sejoli di Depok Curi Perhiasan hingga iPhone 17 Teman

Sejak tiga tahun terakhir, rumah berukuran 96 meter persegi itu makin rusak. Atap bambu ambruk akibat hujan deras hingga lima kamar dan kamar mandi terbuka tanpa genteng.

"Ambruknya atap rumah akibat terkena hujan tersebut membuat lima kamar yang ada atapnya pada ambruk termasuk kamar mandi sehingga terbuka semua sekarang," kata Dodi. Terpal yang sempat dipasang juga rusak. Kini rumah dibiarkan tanpa atap.

Setiap malam, keluarga kesulitan tidur karena hawa dingin dan serangan nyamuk. Saat hujan, air langsung masuk dan membanjiri rumah.

"Terkadang sesekali jika hujannya deras dan lama semuanya tidak akan bakal bisa beristirahat dengan tenang dan nyaman karena banjir seisi rumah," ujarnya.

Dengan penghasilan sekitar Rp 3 juta per bulan sebagai office boy di sebuah klinik di Tanah Abang, Dodi mengaku tak mampu memperbaiki rumah.

"Jika ada apa-apa kami selalu urungan dengan adik-adik jika dapat rejeki baru bisa memperbaiki," ujarnya.

Adiknya yang bekerja sebagai guru honorer juga pernah memperbaiki atap kamar mandi saat mendapat rezeki lebih.

Baca Juga: Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Nataru, Pemkot Depok Gelar Pasar Murah

Adik bungsu mereka, Olivia, 18 tahun, juga kesulitan karena tidak memiliki tempat tidur tetap.

"Akibat ambruknya atap akibat terkena hujan, alas kasur terbuat dari kayu sudah pada lapuk rusak," kata Dodi.

Pendapatan bulanannya hanya cukup untuk kebutuhan pokok dan biaya sekolah Olivia. Bahkan ia pernah menunggak biaya sekolah delapan bulan.

"Hingga sampai akhirnya dapat dibayar dibantu sama keluarga dari kakek untuk bisa ikut ujian sekolah," katanya.

Kunjungan Wali Kota Depok

Wali Kota Depok Supian Suri bersama Camat Cimanggis, Pache, dan perangkat RT/RW mengunjungi rumah tersebut pada Kamis, 27 November 2025. Dodi berharap kunjungan itu membuka jalan agar rumahnya masuk program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).

"Semoga dengan kedatangan bapak Wali Kota Depok Supian Suri ke rumah bersama Camat Cimanggis, Pache, dapat terealisasi untuk memasukannya rumahnya untuk program perbaikan rumah tidak layak huni (RTLH)," ujarnya.

Dodi mengaku pernah mengajukan program itu dua tahun lalu, namun terkendala status surat tanah masih atas nama orang tua.

"Bagaimana mau pecah surat tanah karena masih warisan butuh biaya lagi," katanya.

Ketua RT setempat, Heru Darmojo, sudah kembali meminta data kependudukan untuk pengajuan ulang.

"Berharap ada bantuan dari Pemkot Depok untuk memperbaiki keadaan rumah seperti normal lagi," ujar Dodi.


Berita Terkait


News Update