Dispusip Jakarta Jadikan Perpustakaan Ruang Kreatif bagi Sastrawan dan Seniman

Selasa 25 Nov 2025, 21:15 WIB
Kepala Dispusip Jakarta, Nasruddin Djoko Surjono, saat membuka pameran arsip dan manuskrip perjalanan kreatif sastrawan Motinggo Busye di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Selasa, 25 November 2025. (Sumber: Istimewa)

Kepala Dispusip Jakarta, Nasruddin Djoko Surjono, saat membuka pameran arsip dan manuskrip perjalanan kreatif sastrawan Motinggo Busye di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Selasa, 25 November 2025. (Sumber: Istimewa)

‎JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Jakarta, Nasruddin Djoko Surjono, menegaskan komitmen Pemprov DKI untuk menjadikan perpustakaan sebagai ruang kreatif yang hidup bagi sastrawan, seniman, dan masyarakat.

Pernyataan itu disampaikan Nasruddin saat membuka pameran arsip dan manuskrip perjalanan kreatif sastrawan Motinggo Busye di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Selasa, 25 November 2025.

Dalam sambutannya, Nasruddin mengapresiasi kehadiran para pegiat sastra dan menyebut kegiatan tersebut sebagai ruang pertemuan yang mempertemukan karya, refleksi, dan kebudayaan.

“Saya berharap perpustakaan ini menjadi rumah kita. Ruang untuk berkreasi, berinovasi, dan membuka kembali catatan-catatan lama guna merefleksikan kondisi hari ini,” ujarnya di PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.

Baca Juga: Cara Daftar dan Reservasi Perpustakaan Taman Ismail Marzuki Jakarta

Nasruddin juga berbagi pengalaman spiritual pribadinya setelah mendengarkan salah satu puisi yang dibacakan dalam acara tersebut.

Ia bercerita pernah tinggal dua tahun di Seoul dan merasakan kedekatan emosional dengan renungan tentang pengalaman beribadah di negeri asing.

“Ini pengalaman spiritual yang sangat dalam. Rasanya terbayang saat kita sholat di negeri orang, namun pada hakikatnya Tuhan tetap sama di mana pun,” tuturnya.

Lebih jauh, Nasruddin menilai karya-karya Motinggo Busye memiliki nilai estetik sekaligus rekam jejak budaya yang penting untuk dirawat.

Ia menyebut Motinggo sebagai sastrawan multitalenta yang menghasilkan ratusan karya, mulai dari puisi, prosa, hingga skenario film yang menggambarkan dinamika sosial masyarakat Indonesia.

“Karya seperti ini tidak boleh hilang. Minimal harus ada di sini. Dan siapa lagi kalau bukan kita yang merawatnya,” tegasnya.


Berita Terkait


News Update