POSKOTA.CO.ID - Gunung Semeru, salah satu gunung api paling aktif di Indonesia yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali mengalami aktivitas erupsi pada 19 November 2025.
Erupsi tersebut menimbulkan kekhawatiran luas di kalangan warga dan para pendaki, terutama karena letusan menghasilkan awan panas guguran yang meluncur sejauh 5,5 kilometer dari puncak. Situasi ini membuat masyarakat sekitar lereng Semeru harus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi ancaman lanjutan.
Menurut laporan resmi yang dirilis oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui situs esdm.go.id, aktivitas erupsi mulai menunjukkan peningkatan signifikan sejak sore hari.
Berdasarkan perkembangan tersebut, PVMBG secara resmi menetapkan peningkatan status Gunung Semeru menjadi Level IV (Awas) pada 19 November 2025 pukul 17.00 WIB.
Baca Juga: Prediksi Harga Emas Antam di Pegadaian Besok, 21 November 2025: Akankah Naik Tajam?
Ratusan Pendaki Terjebak di Ranu Kumbolo
Salah satu isu yang paling menyita perhatian publik adalah kabar mengenai 178 orang yang dilaporkan terjebak di kawasan Ranu Kumbolo, titik populer di jalur pendakian Semeru. Lokasi ini berada pada ketinggian 2.389 mdpl dan lazim menjadi tempat peristirahatan sebelum pendaki melanjutkan perjalanan menuju Kalimati maupun Puncak Mahameru.
Ratusan orang tersebut terdiri dari:
- 137 pendaki
- 15 porter
- 7 anggota PPGST
- 6 petugas dari Kemenparekraf
- 2 saver
- 1 petugas lapangan
Saat erupsi terjadi, seluruh kelompok ini segera bertahan di lokasi untuk menunggu instruksi penyelamatan.
Kepala Pelaksana BPBD Jawa Timur, Gatot Soebroto, menegaskan bahwa semua penyintas dalam kondisi baik dan berada di titik aman sambil menunggu proses evakuasi terkoordinasi.
Tingginya Risiko Aktivitas Vulkanik Semeru
Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api tipe stratovolcano yang memiliki karakter letusan eksplosif dan efusif. Dalam dua dekade terakhir, Semeru tercatat beberapa kali mengalami erupsi dengan intensitas bervariasi.
Aktivitasnya cenderung fluktuatif, menghasilkan awan panas guguran, lontaran material vulkanik, serta potensi lahar dingin saat musim hujan.
Kawasan Ranu Kumbolo dan jalur pendakian menuju Mahameru berada dalam zona yang rentan terhadap perubahan kondisi vulkanik. Meskipun berada pada manajemen ketat Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS), risiko tetap menjadi bagian dari dinamika pendakian gunung aktif.
Tindakan Mitigasi dan Respons Cepat
Setelah peningkatan status, pemerintah daerah bersama BPBD, Basarnas, TNI, dan Polri segera melakukan langkah-langkah mitigasi, meliputi:
Baca Juga: Asosiasi Pedagang Geruduk DPRD Jakarta, Sampaikan Kritik Raperda KTR
- Pembatasan total aktivitas pendakian
- Jalur pendakian resmi langsung ditutup hingga batas waktu yang belum ditentukan.
- Evakuasi bertahap dari Ranu Kumbolo
- Tim evakuasi menerapkan protokol keselamatan erupsi, termasuk pemantauan intensif terhadap arah luncuran awan panas.
- Pemberian informasi berkala kepada publik
- Melalui kanal resmi PVMBG dan pos komando tanggap darurat.
- Pengamanan warga di kawasan rawan bencana (KRB)
- Wilayah rawan seperti Besuk Kobokan menjadi prioritas evakuasi.
Langkah cepat ini diharapkan mampu meminimalkan risiko jatuhnya korban jiwa dan memastikan seluruh pendaki dapat kembali dengan selamat.
Pelajaran Penting dalam Kesiapsiagaan Gunung Api
Erupsi Semeru kembali menjadi pengingat mengenai pentingnya edukasi kebencanaan bagi pendaki, wisatawan, dan warga sekitar. Sebagai negara dengan deretan gunung api aktif terbanyak di dunia, Indonesia membutuhkan sistem informasi cepat yang bisa diakses publik.
Beberapa hal penting yang dapat diaplikasikan secara jangka panjang meliputi:
- Pemantauan cuaca dan aktivitas vulkanik sebelum pendakian
- Mematuhi batas aman kawasan KRB
- Membawa peralatan keselamatan standar
- Mengikuti instruksi petugas lapangan tanpa pengecualian
- Menghindari perjalanan ke area rawan saat status meningkat
Dengan edukasi yang konsisten, kejadian serupa diharapkan dapat dikelola lebih baik di masa mendatang.
