Kawasan Ranu Kumbolo dan jalur pendakian menuju Mahameru berada dalam zona yang rentan terhadap perubahan kondisi vulkanik. Meskipun berada pada manajemen ketat Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS), risiko tetap menjadi bagian dari dinamika pendakian gunung aktif.
Tindakan Mitigasi dan Respons Cepat
Setelah peningkatan status, pemerintah daerah bersama BPBD, Basarnas, TNI, dan Polri segera melakukan langkah-langkah mitigasi, meliputi:
Baca Juga: Asosiasi Pedagang Geruduk DPRD Jakarta, Sampaikan Kritik Raperda KTR
- Pembatasan total aktivitas pendakian
- Jalur pendakian resmi langsung ditutup hingga batas waktu yang belum ditentukan.
- Evakuasi bertahap dari Ranu Kumbolo
- Tim evakuasi menerapkan protokol keselamatan erupsi, termasuk pemantauan intensif terhadap arah luncuran awan panas.
- Pemberian informasi berkala kepada publik
- Melalui kanal resmi PVMBG dan pos komando tanggap darurat.
- Pengamanan warga di kawasan rawan bencana (KRB)
- Wilayah rawan seperti Besuk Kobokan menjadi prioritas evakuasi.
Langkah cepat ini diharapkan mampu meminimalkan risiko jatuhnya korban jiwa dan memastikan seluruh pendaki dapat kembali dengan selamat.
Pelajaran Penting dalam Kesiapsiagaan Gunung Api
Erupsi Semeru kembali menjadi pengingat mengenai pentingnya edukasi kebencanaan bagi pendaki, wisatawan, dan warga sekitar. Sebagai negara dengan deretan gunung api aktif terbanyak di dunia, Indonesia membutuhkan sistem informasi cepat yang bisa diakses publik.
Beberapa hal penting yang dapat diaplikasikan secara jangka panjang meliputi:
- Pemantauan cuaca dan aktivitas vulkanik sebelum pendakian
- Mematuhi batas aman kawasan KRB
- Membawa peralatan keselamatan standar
- Mengikuti instruksi petugas lapangan tanpa pengecualian
- Menghindari perjalanan ke area rawan saat status meningkat
Dengan edukasi yang konsisten, kejadian serupa diharapkan dapat dikelola lebih baik di masa mendatang.
