Untuk mengatasinya, pemerintah dapat menerapkan redenominasi dengan mengurangi jumlah digit pada nominal mata uang.
Misalnya, jika sebelumnya nilai tukar 1 dolar AS adalah Rp 15.000,00, maka setelah redenominasi dapat menjadi Rp 1.500,00.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Bakal Redenominasi Rupiah, Apa Dampaknya untuk Masyarakat?
Dengan cara ini, nilai nominal mata uang menjadi lebih kecil, namun nilai riilnya tetap sama dan tidak terus merosot akibat inflasi.
Manfaat redenominasi
Masih dilansir melalui situs Sahabat Pegadaian, berikut manfaatnya:
- Menghilangkan inflasi yang tinggi: Jika inflasi terlalu tinggi, maka nilai mata uang akan terus menurun dan menyebabkan harga barang dan jasa yang terus naik. Dengan redenominasi, nilai mata uang dapat dikurangi sehingga inflasi dapat ditekan.
- Memudahkan transaksi: Nilai mata uang yang terlalu tinggi dapat membuat transaksi menjadi rumit karena harus menggunakan pecahan yang kecil. Dengan redenominasi, nilai mata uang akan lebih kecil sehingga lebih mudah untuk melakukan transaksi.
- Meningkatkan kepercayaan terhadap mata uang: Jika mata uang memiliki nilai yang terlalu rendah, maka orang akan cenderung tidak mempercayainya. Dengan redenominasi, nilai mata uang akan menjadi lebih tinggi sehingga kepercayaan terhadap mata uang akan meningkat.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Bakal Redenominasi Rupiah, Apa Dampaknya untuk Masyarakat?
Kekurangan redenominasi
- Menyebabkan kebingungan: Redenominasi dapat menyebabkan kebingungan bagi masyarakat karena harus menyesuaikan diri dengan nilai mata uang yang baru.
- Menyebabkan kecurangan: Redenominasi dapat menyebabkan kecurangan bagi orang-orang yang mencoba mengambil keuntungan dari konversi mata uang yang baru.
- Biaya yang tinggi: Redenominasi dapat menyebabkan biaya yang tinggi karena harus mencetak uang baru dan mengubah sistem keuangan yang ada.
Demikian informasi mengenai redenominasi rupiah yang belakangan menjadi isu nasional.
