DLH Bekasi Telusuri Dugaan Pencemaran Air Sumur di Bojong Menteng

Senin 03 Nov 2025, 11:21 WIB
Penampakan kubangan atau penampungan air limbah MBG yang diduga mengeluarkan bau tak sedap dan mencemari lingkungan warga Bojong Menteng, Rawalumbu, Kota Bekasi. (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia Rapika)

Penampakan kubangan atau penampungan air limbah MBG yang diduga mengeluarkan bau tak sedap dan mencemari lingkungan warga Bojong Menteng, Rawalumbu, Kota Bekasi. (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia Rapika)

RAWALUMBU, POSKOTA.CO.IDDLH Kota Bekasi tengah menelusuri dugaan pencemaran air sumur warga RT 005/RW 004, Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawalumbu, yang mencuat sejak 30 Oktober 2025.

Dalam laporan awal, pencemaran diduga berasal dari aktivitas dapur Makan Bergizi Gratis (MBG). Menindaklanjuti laporan tersebut, DLH melalui Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup (PPKLH) langsung turun ke lokasi untuk melakukan pemeriksaan lapangan.

Kepala DLH Kota Bekasi, Kiswatiningsih, menjelaskan bahwa dari hasil verifikasi awal, dapur MBG sempat menampung limbah cair di kubangan terbuka yang terletak tidak jauh dari area dapur.

Baca Juga: Warga Bojong Menteng Bekasi Keluhkan Bau Menyengat dan Sumur Tercemar, Diduga dari Limbah Dapur MBG

Kubangan tersebut digunakan selama sekitar satu bulan sebelum pihak pengelola membangun biotank kedap air untuk menampung dan mengolah limbah cair.

“Indikasi awal kemungkinan berasal dari kubangan sementara itu, tapi kami masih menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan,” ujar Kiswatiningsih, Senin 3 November 2025.

Kiswati mengatakan pihaknya telah mengambil sampel air dari beberapa titik, termasuk dari biotank, saluran penampungan lama, serta sumber air bersih yang digunakan dapur MBG.

“Hasil pengecekan di laboratorium diperkirakan baru keluar dalam waktu sekitar satu minggu,” katanya.

Kiswati menjelaskan, hasil verifikasi lapangan juga menemukan adanya tiga kegiatan industri yang beroperasi di sekitar dapur MBG, yakni pengolahan kayu, pengolahan besi, dan dapur MBG itu sendiri.

“Ini juga harus kami cek kembali, apakah tiga kegiatan itu memang diperbolehkan berada di lokasi yang sama,” ujarnya.

Baca Juga: BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem di Sejumlah Wilayah

Temuan tersebut kini menjadi fokus evaluasi DLH, mengingat ketiganya beroperasi dalam area yang sama.

Sambil menunggu hasil laboratorium, DLH berencana menggelar rapat lintas sektor pekan depan bersama Dinas Kesehatan, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), pihak kecamatan, dan kelurahan setempat.

“Rapat itu akan membahas aspek perizinan, tata ruang, serta dokumen lingkungan dari kegiatan di kawasan tersebut. Kami ingin memastikan semua kegiatan di sana berjalan sesuai aturan, baik dari sisi izin usaha, kelayakan lingkungan, maupun standar kesehatan,” ungkap Kiswati.

Meski warga sempat mengeluhkan bau menyengat dan rasa gatal usai menggunakan air sumur, Kiswati menegaskan bahwa DLH belum dapat memastikan keterkaitan antara gejala tersebut dengan aktivitas dapur MBG.

“Saya belum memiliki hasil uji lab, jadi belum bisa memastikan apakah ada hubungan antara gejala itu dan dugaan pencemaran. Itu disclaimer dari saya sejak awal,” ujarnya.

DLH juga menegaskan, sanksi tidak serta-merta dijatuhkan sebelum seluruh proses evaluasi dan pembuktian selesai. Jika nantinya terbukti ada pelanggaran, pengelola dapur MBG akan diberikan waktu untuk memperbaiki sistem pengolahan limbahnya.

“Prinsip kami bukan menutup usaha, melainkan memperbaiki agar aktivitas ekonomi tetap jalan tanpa merusak lingkungan,” ujar Kiswati.

Sementara itu, Jodi, Pengelola SPPG Bojong Menteng, menjelaskan bahwa kubangan air yang dimaksud sudah ada sejak dapur SPPG berdiri.

Baca Juga: 2 Pemotor Tewas dalam Kecelakaan Berbeda di Depok

“Itu pembuangan air hujan yang sebenarnya ada MCK warga masuk ke situ. Kalau saluran pembuangan limbah, setiap minggu disedot,” ujarnya.

Jodi menambahkan, pihaknya juga masih menunggu hasil pemeriksaan dari DLH terkait dugaan pencemaran air yang diduga berasal dari limbah MBG.

Sebelumnya, Subur 35 tahun, salah satu warga terdampak, mengatakan dirinya melihat adanya kubangan besar di area belakang dapur SPPG yang kini diduga menjadi tempat pembuangan limbah.

“Awalnya kami enggak tahu kalau di situ ada kubangan. Katanya mau bikin penampungan, tapi penampungannya berupa apa, kami enggak dikasih tahu,” ujar Subur, Jumat 31 Oktober 2025.

Ia menegaskan, fenomena bau dan gatal baru muncul sejak dapur MBG mulai beroperasi.

“Sebelum ada MBG, air sumur kami jernih dan enggak pernah bikin gatal,” ucapnya.

Subur juga menggambarkan bau yang keluar seperti comberan dan cukup menyengat hingga membuat perih di tenggorokan.

Baca Juga: DPRD Kabupaten Bekasi Soroti Kekurangan Guru

“Baunya kayak comberan, kayak bau kentut. Pokoknya enggak enak di hidung, bikin tenggorokan perih kalau dihirup lama-lama,” ujarnya.

Warga lainnya, Zaenab 44 tahun, mengaku sangat terganggu dengan bau dan dampak limbah dapur MBG.

“Semenjak ada SPPG ini, bau limbahnya nyengat banget, kayak air comberan. Air sumur jadi gatal, padahal sebelumnya enggak. Saya takut air limbahnya nyerap ke sumur warga,” ucapnya.

Baik Subur maupun Zaenab, keduanya berharap agar kubangan tersebut bisa ditutup agar tidak menimbulkan keresahan dan pencemaran lebih luas.

“Harapannya segera ditutup, karena selain bau, airnya bisa meresap ke sumur warga. Kalau dibiarkan, bisa juga jadi sarang jentik nyamuk,” ujar Subur. (cr-3)


Berita Terkait


News Update