Cuaca Ekstrem di Jakarta, Warga Kebon Pala Siaga Hadapi Luapan Ciliwung

Senin 03 Nov 2025, 19:45 WIB
Saiful, 43 tahun, warga RT 04 RW 08 Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur, menunjukkan lantai dua rumahnya, Senin, 3 November 2025. (Sumber: Poskota/M. Tegar Jihad)

Saiful, 43 tahun, warga RT 04 RW 08 Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur, menunjukkan lantai dua rumahnya, Senin, 3 November 2025. (Sumber: Poskota/M. Tegar Jihad)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Di ujung timur Jakarta, di bantaran Kali Ciliwung yang airnya berwarna coklat pekat, deretan rumah dua lantai berdiri berhimpitan.

Suara gemericik air bercampur aroma lumpur menjadi bagian dari keseharian warga Kebon Pala, Tanah Rendah, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.

Ketika hujan deras turun di Bogor dan pintu air Katulampa mulai dibuka, sinyal bahaya bagi warga Kebon Pala. Dalam hitungan jam, rumah-rumah di pinggiran kali terancam tergenang.

Saiful, 43 tahun, warga RT 04/RW 08 Kebon Pala, mengaku sudah hafal benar dengan tanda-tanda banjir. Rumahnya yang berdiri di samping tepian Ciliwung terkena dampak luapan air.

Baca Juga: Macet hingga Banjir Jakarta Dinilai Bentuk Ketidakbecusan Pemprov Jakarta Tata Kota

“Kemarin juga sempat banjir di sini, airnya sampai sedengkul. Begitu hujan gede, kita langsung angkat semua barang pakaian, perabotan, surat-surat penting,” kata Saiful kepada Poskota, Senin, 3 November 2025.

Saiful bercerita, jika air sudah mencapai sepinggang, ia dan keluarganya memilih tetap bertahan di rumah dua lantainya.

Jika genangan terus naik, mereka harus mengungsi ke SMPN 26 atau kantor kelurahan, tempat warga lain biasa berlindung.

“Kalau udah segenteng banjirnya, baru kita ngungsi. Tapi kalau masih sepinggang, ya di rumah aja. Barang-barang udah aman di atas,” ujarnya.

Baca Juga: BPBD Jakarta Kerahkan Personel di Banjir Jati Padang Jaksel

Sementara itu, Jamal, 50 tahun, terbiasa dengan banjir. Ia sudah punya strategi sendiri untuk bertahan setiap debit air naik.

“Kalau banjir gede baru rumah kena. Jadi sebelum itu, saya udah standby di warung,” ucap dia.

Menurutnya, komunikasi antarwarga menjadi kunci. Informasi soal kenaikan air biasanya datang dari sesama penghuni bantaran kali, diteruskan ke RT dan RW, lalu diumumkan lewat pengeras suara.

“Kalau air kali udah naik, warga di pinggir langsung kasih tahu ke RT, terus diumumin lewat toa. Pas diumumin itu baru kita buru-buru ngamanin barang,” katanya.

Ia juga menyiapkan perlengkapan sederhana setiap musim hujan. Baju dan dokumen penting ia simpan di lantai dua, sementara kulkas, TV, dan piring ia letakkan di atas meja agar tidak terendam.

“Kalau banjir parah, saya bisa dua hari di warung. Jadi udah biasa sih, cuma tetap deg-degan,” tutur dia.

Baca Juga: Kemang Lumpuh Diterjang Banjir, Pramono Beberkan Penyebabnya

Sementara itu, Iyumm 55 tahun, warga lain, menyebutkan, koordinasi warga berjalan baik setiap kali musim hujan datang.

“Persiapannya ya itu, pakaian ditaruh di lantai dua, barang berat kayak kulkas ditaruh di atas meja. Kalau udah siaga 1, RT-RW langsung umumkan di toa mushola,” kata dia.

Ia menilai sistem siaga banjir di lingkungan mereka sudah cukup tertata. Setiap kali status naik ke Siaga 1, warga sudah tahu apa yang harus dilakukan.

“Kalau air udah sampai satu lantai rumah atau udah di atas kepala orang dewasa, kita ngungsi ke SMP Negeri 26 atau ke kelurahan,” ujarnya.

Baca Juga: Update Banjir Jakarta, 54 RT Terendam Usai Diguyur Hujan Deras

Bagi warga Kebon Pala, hidup berdampingan dengan ancaman banjir sudah menjadi bagian dari rutinitas tahunan. Meski lelah, mereka belajar untuk tidak panik dan saling bantu. (cr-4)


Berita Terkait


News Update