Upaya Pencegahan Kematian Ibu dan Bayi di Kota Bogor

Jumat 31 Okt 2025, 09:46 WIB
Dinas Kesehatan Kota Bogor. (Sumber: Dinkes Kota Bogor)

Dinas Kesehatan Kota Bogor. (Sumber: Dinkes Kota Bogor)

Untuk kematian bayi, tahun 2024 tercatat 114 kasus, sedangkan hingga September 2025 tercatat 93 kasus. Sebagian besar kematian bayi terjadi pada masa neonatal (0–28 hari), dengan penyebab terbanyak adalah gangguan pernapasan dan jantung (44 kasus), serta bayi lahir dengan berat badan rendah dan prematuritas (18 kasus).

Secara nasional, Angka Kematian Ibu pada tahun 2024 tercatat sekitar 305 per 100.000 kelahiran hidup, sementara di Provinsi Jawa Barat terdapat 749 kasus kematian ibu atau sekitar 17 persen dari total kasus nasional.

Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Kesehatan terus berkomitmen menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Berbagai langkah dilakukan secara terpadu, mulai dari peningkatan kesiapan fasilitas kesehatan, penguatan kapasitas tenaga medis, hingga edukasi dan kolaborasi lintas sektor.

1. Peningkatan Kesiapan Fasilitas Kesehatan

Dinas Kesehatan Kota Bogor melaksanakan Program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) di 19 puskesmas dan 12 rumah sakit untuk memperkuat pelayanan ibu dan bayi, terutama dalam penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.

Selain itu, dilaksanakan pelatihan USG untuk dokter di seluruh puskesmas agar dapat mendeteksi risiko kehamilan lebih dini. Berbagai monitoring dan evaluasi program dilakukan setiap triwulan, termasuk inovasi Lungsur Langsar yang fokus pada pemantauan ibu hamil berisiko tinggi.

2. Penguatan Kapasitas Tenaga Medis

Upaya peningkatan kualitas pelayanan juga dilakukan melalui pendampingan dokter spesialis kandungan dan anak di puskesmas, yang melibatkan dokter umum, bidan puskesmas, serta bidan praktik mandiri.

Tenaga kesehatan juga dibekali dengan pelatihan kegawatdaruratan maternal dan neonatal, serta pelatihan antenatal care (ANC) update agar mampu memberikan pelayanan kehamilan sesuai standar terbaru. Selain itu, dilakukan orientasi penyakit jantung bawaan pada bayi baru lahir untuk meningkatkan kemampuan deteksi dini di fasilitas kesehatan.

3. Penguatan Koordinasi dan Kolaborasi

Dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, dilakukan audit maternal perinatal secara berkala untuk mengevaluasi setiap kasus kematian dan menentukan langkah perbaikan.

Baca Juga: Pemkot Bogor Segera Buka Jalan Saleh Danasamita untuk Motor Usai Longsor

Dinas Kesehatan juga mengaktifkan grup komunikasi cepat (WAG EMAS) sebagai jalur koordinasi antara puskesmas dan rumah sakit dalam menangani kasus kegawatdaruratan. Selain itu, dilakukan koordinasi lintas sektor dan lintas program, melibatkan berbagai pihak — mulai dari fasilitas kesehatan, organisasi profesi, hingga masyarakat — agar penanganan kesehatan ibu dan anak berjalan komprehensif.

4. Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat

Dinas Kesehatan juga mendorong partisipasi masyarakat melalui kelas ibu hamil dan kelas ibu balita. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan keluarga tentang tanda bahaya kehamilan, pentingnya pemeriksaan rutin, serta perawatan bayi dan balita di rumah.

Selain itu, dilakukan kunjungan rumah bagi ibu hamil risiko tinggi, sehingga kondisi ibu dan janin dapat terpantau langsung oleh tenaga kesehatan.


Berita Terkait


News Update