POSKOTA.CO.ID - Dalam gelombang kritik dan hinaan digital yang kerap menerpa publik figur, respons Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia justru menawarkan perspektif yang jarang terdengar: pengampunan dan keteguhan yang berakar dari masa lalunya.
Persoalan ini berawal dari beredarnya meme yang menghina pribadi Bahlil di media sosial.
Situasi ini memicu kader partai, termasuk dari AMPI (sayap Golkar), untuk melaporkan sekitar 30 akun media sosial ke Bareskrim Polri pada Senin, 20 Oktober 2025. Laporan serupa juga dilakukan oleh AMPG ke Polda Metro Jaya.
Baca Juga: Heboh Meme Bahlil, GPA dan Underbow Golkar Laporkan Puluhan Akun Medsos ke Polisi
Respons Bahlil: Memaafkan dan Meminta Penghentian Laporan
Menanggapi hal ini, Bahlil justru mengambil langkah yang tidak biasa di tengah hiruk-pikuk politik.
Alih-alih mendukung proses hukum, ia justru telah memaafkan dan secara tegas meminta agar langkah pelaporan itu dihentikan. Ia bahkan telah memanggil Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Sarmuji, untuk menyampaikan instruksinya langsung.
“Sekjen coba panggil itu adik-adik kita. Tapi nanti saya akan minta, sudah setop,” tegasnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, dikutip Senin, 27 Oktober 2025.
Ketangguhan yang Berpijak pada Masa Lalu
Kedalaman maaf Bahlil bukanlah sebuah sikap yang tiba-tiba. Ia mengungkapkan bahwa ketahanannya dalam menghadapi cibiran telah ditempa sejak masa kecilnya yang keras. Bagi Menteri yang berasal dari keluarga sederhana ini, hinaan bukanlah hal baru.
“Kalau meme ke pribadi saya, yang sudah mengarah ke pribadi, saya itu memang sudah biasa dihina sejak masih kecil. Karena saya kan bukan anak pejabat, saya kan anak orang dari kampung,” ujarnya.
Baca Juga: Sekjen Golkar Tak Tahu Ada Kader Laporkan Akun Penghina Bahlil ke Polisi
Batas antara Kritik dan Hinaan
Meski memaafkan serangan personal, Bahlil dengan jelas membedakannya dengan kritik yang konstruktif. Ia menegaskan bahwa ruang demokrasi sangat terbuka untuk mengkritik kebijakan, namun ia mengingatkan agar hal itu tidak merosot menjadi serangan pribadi dan rasial.
