Bagian belakangnya menampilkan lampu kombinasi rem dan sein yang terintegrasi secara sederhana, dengan area bak atau kabin belakang yang bisa diatur sesuai kebutuhan baik untuk angkutan barang maupun penumpang.
Masuk ke dalam kabin, suasana klasik langsung terasa. Dashboard-nya sangat sederhana, hanya menampilkan speedometer, indikator bensin, dan temperatur mesin tanpa embel-embel tambahan.
Untuk posisi duduk, Suzuki ST20 menggunakan jok model bench atau sofa yang menyatu antara pengemudi dan penumpang depan, khas mobil lawas. Tidak ada AC atau power steering, namun justru di situlah daya tariknya memberikan pengalaman berkendara klasik yang benar-benar murni.
Interiornya memang tidak dirancang untuk kenyamanan maksimal, tetapi lebih pada efisiensi ruang dan kemudahan perawatan. Bagi sebagian penggemar mobil klasik, kesederhanaan ini justru menjadi nilai plus yang tak tergantikan.
Seiring waktu, Carry ST20 “Truntung” menjadi barang buruan para penggemar mobil klasik. Desainnya yang sederhana namun fungsional, suara mesinnya yang unik, dan sejarah panjangnya di Indonesia menjadikannya simbol nostalgia otomotif era 1980-an.
Baca Juga: Ungguli Fronx, Innova Zenix Jadi Mobil Hybrid Terlaris September 2025
Mobil ini merupakan pengembangan dari Suzuki Carry ST10, sebelum akhirnya digantikan oleh Carry ST1000 pada 1984. Meski produksinya sudah lama berhenti, semangat dan pesona Truntung tetap hidup di hati para pecinta mobil lawas Tanah Air.