Rumah Singgah Penjaga Harapan Anak Penderita Kanker

Selasa 14 Okt 2025, 09:00 WIB
Rumah Singgah Graha Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), pada Rabu, 13 Oktober 2025. Menampilkan suasana yang tenang dan damai. (Sumber: Dhiya Ahmad)

Rumah Singgah Graha Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), pada Rabu, 13 Oktober 2025. Menampilkan suasana yang tenang dan damai. (Sumber: Dhiya Ahmad)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Siang hari di Graha Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) terasa hangat dan tenang. Dari atap lantai tiga, cahaya matahari menembus tirai tipis, memantul di lantai keramik yang bersih.

Beberapa anak duduk bersama orang tuanya di ruang tengah, beberapa ada yang menggambar, ada pula yang sekadar menatap jendela sambil melihat taman kecil di dekat dapur. 

Suasana di Graha YOAI berbeda dengan hiruk pikuk rumah sakit: di sini, rasa cemas dan lelah diselipkan dengan tawa kecil dan sapaan hangat.

Di sudut lain, seorang Ibu duduk di kursi sambil menenangkan anaknya, sesekali memberikan-nya cemilan. Sementara di dekatnya, seorang ayah menatap papan kegiatan harian yang dipasang di dinding, memastikan anaknya mengikuti jadwal kontrol dan terapi.

Baca Juga: Orang Tua Nadiem Makarim Kecewa Putusan Hakim: Kami Tahu Anak Kami Bersih

Setiap gerakan kecil terasa penuh perhatian, seolah menyalakan lilin kecil di tengah ketidakpastian.

Graha YOAI berdiri di Jakarta Barat, sebagai rumah singgah bagi anak-anak penderita kanker dan keluarganya yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.

Bangunan tiga lantai ini dirancang untuk menghadirkan rasa nya nyaman di tengah perjuangan panjang melawan penyakit. Di lantai tiga, tersedia kamar-kamar sederhana namun bersih, dan tempat istirahat bagi keluarga setelah hari-hari melelahkan di rumah sakit.

Sementara di lantai bawah terdapat ruang serbaguna, yang digunakan untuk berbagai kegiatan bersama: mulai dari lokakarya, pertemuan komunitas, hingga sesi relaksasi dan latihan ringan bagi anak-anak.

Namun yang membuat rumah singgah ini istimewa bukan sekadar ruang dan fasilitasnya, tetapi latar belakang filosofi yang menghidupinya.

“Beda rumah singgah ini , karena pendirinya ialah orang tua pasien sendiri,” ujar Raden, salah satu pengurus Graha YOAI.

“Yang sudah pernah tinggal di sini pasti merasakan bedanya. Dari awal datang, kami bantu para orang tua untuk memahami kondisi anaknya, tahu kapan harus berobat, dan seperti apa treatment-nya. Tapi di sini, semua dibuat semandiri mungkin,” tambah Raden.

Yayasan Onkologi Anak Indonesia berdiri pada 24 Mei 1993, lahir dari pengalaman para orang tua yang pernah mendampingi anak mereka berjuang melawan kanker.

Baca Juga: Berdayakan Ekonomi Umat, Ditjen Bimas Buddha Sosialisasikan Program Prisma Umat lewat Bebenah Berkarakter

Kini, banyak dari anak-anak itu tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dengan kisah inspiratif.

“Banyak dari mereka yang sekarang sudah berkeluarga, bahkan punya karir bagus,” kata Raden. “Ada yang kuliah sampai S2,S3, ada juga yang jadi dokter, bahkan sebagian berhasil mencapai jenjang yang tak pernah mereka bayangkan saat masih berjuang melawan kanker,” lanjut Raden.

Kemandirian menjadi prinsip utama yang dijalankan setiap hari di Graha Yoai. Para orang tua pasien tidak hanya menjadi penerima bantuan, tetapi juga bagian dari komunitas.

Seorang anak di Rumah Singgah Graha Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), Rabu, 13 Oktober 2025. (Sumber: Dhiya Ahmad)

Ada Parents Club, ruang dimana para orang tua bisa berbagi pengalaman, anak -anak penyintas memiliki komunitas Cancer Buster Community, yaitu komunitas yang menumbuhkan rasa semangat setelah melalui masa pengobatan panjang, dan Family Supporting Group komunitas untuk para perawat.

“Di sini, kami ingin orang tua dan anak-anak bisa belajar berdiri sendiri, dan tapi bukan berarti mereka sendirian terus kita lepas, setiap kegiatan akan kita rancang supaya mereka bisa saling mendukung,” ucap Raden saat ditemui di ruang serbaguna Graha YOAI.

Graha YOAI berdiri berkat sumbangsih dan kepedulian berbagai pihak.

Baca Juga: BGN Konsolidasi Tata Kelola MBG di Bogor, Sebelum Dikonsumsi Wajib Rapid Test

“Seluruh bangunan dan isinya merupakan hasil hibah dari pihak swasta, sementara dukungan datang dari mitra seperti Rachel House dan platform kita bisa.com,” ucap Raden. Dari sinilah jaringan kemanusiaan tumbuh, dan menopang kehidupan para survivor kanker dan keluarganya.

Selain memberikan tempat tinggal sementara, rumah singgah ini juga berfungsi sebagai pusat pendidikan informal dan pengembangan diri.

Anak-anak belajar kemandirian, orang tua belajar menghadapi rasa cemas dengan lebih tenang, serta komunitas tumbuh layaknya keluarga kedua.

Setiap kegiatan, sekecil apapun, menjadi bagian dari proses menyala, dan menjaga lilin kecil yang terlihat seperti harapan dan keberanian. (Dhiya Ahmad)


Berita Terkait


News Update