POSKOTA.CO.ID - Dalam beberapa bulan terakhir, media sosial diramaikan oleh tren foto yang tampak seolah-olah ada sosok asing yang tiba-tiba muncul di dalam rumah seseorang.
Konten semacam ini dikenal sebagai “prank AI” sebuah tren digital di mana kreator menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menambahkan figur baru ke dalam foto yang tampak sangat nyata.
Hasil akhirnya sering kali mengecoh publik. Banyak pengguna yang benar-benar percaya bahwa sosok asing dalam foto itu nyata, padahal hanya hasil manipulasi visual dari model AI generatif.
Meski menghibur, tren ini menimbulkan pertanyaan mendasar: Apakah pembuatan dan penyebaran foto prank AI semacam ini aman dan etis?
Baca Juga: Simulasi Cicilan iPhone 17 Pro Max di iBox Indonesia, Bisa Pilih Tenor hingga 24 Bulan
Apa yang Dimaksud dengan “Prank AI”?
Secara sederhana, prank AI adalah praktik menggunakan teknologi AI untuk menambahkan elemen atau figur baru dalam foto asli. Biasanya, elemen itu berupa orang asing atau karakter baru yang tampak seperti benar-benar berada di tempat kejadian.
Banyak kreator di media sosial terutama di platform seperti TikTok, Instagram, dan X (Twitter) membuat foto rumah mereka seolah-olah “dihuni” oleh orang tak dikenal. Reaksi warganet pun beragam: ada yang tertawa, ada pula yang merasa ngeri karena hasilnya begitu realistis.
Yang menarik, sebagian kreator menjaga konsistensi wajah tokoh tambahan di beberapa foto. Mereka memanfaatkan fitur embedding wajah yakni sistem internal AI yang memungkinkan karakter tampak sama dari berbagai sudut dan kondisi cahaya.
Fenomena ini menunjukkan kemampuan model AI multimodal modern, seperti Gemini, DALL·E, dan Midjourney, dalam memahami ruang, pencahayaan, hingga proporsi tubuh manusia. Namun di sisi lain, penyalahgunaan fitur ini bisa menimbulkan dampak serius terhadap privasi dan reputasi seseorang.
Bagaimana Teknologi “Prank AI” Bekerja
Untuk memahami dasar ilmiahnya, penting mengetahui bahwa sistem AI generatif bekerja melalui analisis dan rekonstruksi visual berbasis prompt (instruksi teks).
Berikut penjelasan konseptual tanpa langkah teknis mendalam:
- Pemrosesan Input Visual
Model AI membaca struktur gambar asli—misalnya tata letak ruang, arah cahaya, dan tekstur permukaan. - Embedding dan Konteks Visual
Sistem menciptakan representasi internal dari elemen utama (seperti wajah atau ruangan) agar hasil tambahan tampak konsisten. - Generasi Elemen Baru
Berdasarkan perintah pengguna, AI menambahkan sosok atau objek baru dengan menyesuaikan pose, sudut, dan pencahayaan agar selaras dengan lingkungan. - Integrasi dan Rendering Akhir
Hasil akhir disintesis menjadi satu gambar realistis yang sulit dibedakan dari foto asli.
Meskipun proses ini memukau, penerapannya memerlukan tanggung jawab etis. Teknologi yang sama bisa digunakan untuk deepfake non-konsensual, hoaks visual, atau fitnah digital, jika tidak diatur dengan baik.