Tiga Tahun Menumpang, USB SMPN 62 Kota Bekasi Butuh Sekolah Layak untuk Siswa

Rabu 08 Okt 2025, 16:06 WIB
Plh USB SMP 62 Kota Bekasi, Deni Permadi saat ditemui di lokasi, Rabu, 8 Oktober 2025. (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia Rapika)

Plh USB SMP 62 Kota Bekasi, Deni Permadi saat ditemui di lokasi, Rabu, 8 Oktober 2025. (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia Rapika)

MEDAN SATRIA, POSKOTA.CO.ID - Kondisi bangunan Unit Sekolah Baru (USB) SMPN 62 Kota Bekasi di Kelurahan Medan Satria semakin memprihatinkan.

Berdasarkan pantauan Poskota di lokasi, Rabu, 8 Oktober 2025, sejumlah ruang kelas dan bagian bangunan dalam kondisi atap yang bolong dan tembok yang retak. Meski begitu, kegiatan belajar mengajar tetap berjalan di tengah keterbatasan sarana dan prasarana.

Pelaksana Harian (Plh) USB SMPN 62 Kota Bekasi, Deni Permadi mengatakan, bangunan bekas Kantor Kelurahan Medan Satria yang kini digunakan sebagai sekolah, rusak berat sejak beberapa tahun terakhir.

“Kondisinya ini sudah beberapa kali roboh, sekitar 3–4 kali semenjak ditempati. Pertama ruang guru, ruang siswa, dan pintu masuk. Tapi mau seperti apa, menuntut juga tidak bisa. Pemerintah kan perlu waktu dan anggaran. Jadi, untuk saat ini kami terima apa adanya dulu,” kata Deni saat ditemui di sekolah, Rabu, 8 Oktober 2025.

Baca Juga: Belajar di Ruang Kelas Nyaris Roboh, Siswa SMPN 62 Bekasi Bertahan Demi Pendidikan

Deni menjelaskan, USB SMPN 62 Kota Bekasi sudah tiga tahun menumpang di gedung hibah dari Pemerintah Kota Bekasi. Gedung tersebut digunakan sementara karena wilayah Medan Satria sebelumnya belum memiliki SMP negeri.

“Pas gedung ini dihibahkan, langsung kami buka penerimaan siswa baru. Awalnya cuma tiga kelas dulu. Insyaallah tahun ini kami akan meluluskan angkatan pertama,” ujarnya.

Kondisi sarana belajar yang serba terbatas membuat sebagian siswa terpaksa belajar lesehan di lantai. Hal ini terjadi sejak awal 2025 akibat meningkatnya jumlah siswa, sementara kursi dan meja belum mencukupi.

“Lesehannya sejak awal tahun ini. Karena sebelumnya baru dua jenjang kelas, sekarang sudah tiga. Untuk kursi, kami masih menunggu. Ada juga yang hibah dari SD, bahkan sebagian siswa membawa sendiri dari rumah,” ujarnya.

Baca Juga: Kedapatan Curi Motor, Pria di Bintara Bekasi Ditangkap Warga

Menurutnya, USB SMPN 62 masih berstatus sebagai Unit Sekolah Baru (USB) yang berada di bawah naungan SMP Negeri 19 Kota Bekasi. Status ini akan berubah menjadi sekolah negeri setelah pembangunan gedung permanen dan pemenuhan tenaga pendidik.

“Yang namanya negeri, awalnya seperti ini. Lama status USB itu tergantung pemerintah dalam mendirikan bangunannya dan menyiapkan anggarannya. Selama menumpang, statusnya tetap USB,” ucapnya.

Saat ini, seluruh guru USB SMPN 62 merupakan tenaga pendidik dari SMPN 19 Kota Bekasi, dengan total 16 guru dan 3 tenaga tata usaha. Sistem belajar pun dilakukan dalam dua shift karena keterbatasan ruang kelas.

“Guru-gurunya semua dari SMP 19. Setelah resmi berdiri sebagai sekolah negeri, baru akan dipisahkan,” tuturnya.

Baca Juga: Omzet Turun gara-gara Harga Kebutuhan Pokok Naik, Pedagang Pasar Baru Bekasi Minta Perhatian Pemerintah

Meski kondisi sekolah memprihatinkan, para guru tetap berusaha sabar dan ikhlas menjalankan tugas.

“Sebagai tenaga pengajar, kami harus siap ditempatkan di mana saja dengan kondisi apa pun. Sekarang yang bisa kami lakukan hanya bersabar dan tetap ikhlas,” katanya.

Ia berharap, pemerintah segera memberikan perhatian serius supaya para siswa bisa belajar dengan layak dan aman.

“Saya ingin anak-anak merasakan fasilitas yang memadai dan nyaman. Kalau terus belajar lesehan, kasihan mereka. Untuk kegiatan lomba atau eskul saja, kami harus ke SMP 19 dulu,” ujarnya.

Baca Juga: Pemkot Bekasi Bongkar Ratusan Bangunan Liar di Atas Lahan Milik Perum Jasa Tirta

Nur Abidah, 15 tahun, siswi kelas 9B, menceritakan, kondisi sekolah sudah rusak sejak pertama kali ia belajar di sana dan belum pernah mendapat perbaikan berarti.

“Sejak saya masuk sekolah kondisinya sudah seperti ini. Pernah atapnya tiba-tiba roboh pas kami lagi belajar. Kalau hujan pasti bocor, jadi kami harus ngepel dan bersihin air. Bangku juga banyak yang rusak dan hilang,” tuturnya.

Kondisi serupa juga dialami Nadila Aida, siswi kelas 8B, yang kerap harus belajar tanpa meja dan kursi karena keterbatasan fasilitas.

“Kelas saya bersebelahan dengan toilet. Air sering rembes dan becek dari kamar mandi. Kami belajar tanpa meja dan kursi, pas ujian paling capek karena harus lesehan,” katanya.

Baca Juga: Dealer JAECOO Resmi Dibuka di Bekasi, Layani Penjualan hingga Servis

Keduanya berharap pemerintah segera memperhatikan nasib mereka yang setiap hari belajar di bawah ancaman bangunan ambruk.

“Kami ingin sekolah yang layak, biar bisa belajar dengan tenang dan nyaman. Mudah-mudahan bangunannya segera diperbaiki,” tambah Abidah.

Dengan kondisi bangunan yang kian rapuh dan minim fasilitas, para siswa USB SMP 62 Kota Bekasi tetap semangat menimba ilmu, berharap suatu saat bisa belajar di sekolah yang lebih layak dan aman. (cr-3)


Berita Terkait


News Update