JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan wilayah Jakarta berpotensi terdampak guncangan gempa dahyat megathrust di Selat Sunda.
Seismolog BMKG, Pepen Supendi menjelaskan, jarak Jakarta dengan zona megathrust sekitar 300 km, tetapi kondisi tanah menjadi faktor ibu kota terdampak guncangan.
“Risiko utamanya bukan karena tsunami, tetapi karena amplifikasi getaran akibat kondisi tanah Jakarta yang relatif lunak dan tebal,” kata Pepen kepada Poskota, Selasa, 7 Oktober 2025.
Pepen menyatakan, fenomena tersebut dikenal sebagai local site effect. Wilayah dengan tanah lunak bisa terperangkat ketika diterjang gelombang gempa.
Baca Juga: Hadapi Gempa Megathrust, BMKG Pastikan Sistem Mitigasi dan Peringatan Dini Siap
"Dampaknya, getaran bisa terasa lebih kuat dan berlangsung lebih lama, terutama di bangunan berlantai menengah hingga tinggi," ucap dia.
Fenomena serupa pernah terjadi di Mexico City pada 1985. Meski gempa berkekuatan magnitudo 8,5 berada 400 km dari pusat kota, tanah lunak tetap ikut terguncang.
"Situasi ini mirip dengan gempa magnitudo 8.5 yang terjadi di Mexico City tahun 1985, dimana guncangan sangat besar dan merusak bangunan di kota Mexico meskipun jarak dari pust gempa sekitar 400 km," katanya.
Saat ini, belum ada teknologi untuk memprediksi gempa dahsyat tersebut secara akurat.
Baca Juga: BPBD Jakarta Gencarkan Penilaian Kerentanan Bangunan terhadap Gempa
"Aktivitas gempa megathrust bersifat siklus alami yang berlangsung dalam rentang waktu ratusan tahun," tuturnya.