Hadapi Gempa Megathrust, BMKG Pastikan Sistem Mitigasi dan Peringatan Dini Siap

Selasa 07 Okt 2025, 16:57 WIB
Ilustrasi simulasi gempa. (Sumber: Poskota)

Ilustrasi simulasi gempa. (Sumber: Poskota)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Di tengah kekhawatiran masyarakat soal potensi gempa megathrust di selatan Jawa dan Selat Sunda, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan, sistem mitigasi dan peringatan dini telah disiapkan secara matang serta berlapis.

"BMKG telah menyiapkan sistem peringatan dini tsunami/Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) yang mampu mengeluarkan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami kurang dari 4 menit setelah gempa terjadi," kata Seismolog BMKG, Pepen Supendi kepada Poskota, Selasa, 7 Oktober 2025.

Selain itu, Pepen menyampaikan, pihaknya telah melakukan mitigasi utama yang sudah dibangun BMKG dan sudah berjalan terkait ancaman gempa megathrust, di antaranya:

  • Mengoperasikan lebih dari 550 seismograf dan 790 accelerograf di seluruh Indonesia.
  • Mengembangkan 23.000 skenario model tsunami untuk sistem peringatan dini otomatis.
  • Mengoperasikan lebih dari 16 Moda Diseminasi Peringatan Dini Tsunami: SMS Blast, SMS Local Base Service, 500 Warning Receiver System – New Generation (WRS-NG), Aplikasi Info BMKG, WRS Mobile, Realtime Earthquake Information, AEIC Mobile, TSP Mobile, Telegram Bot, Radio Broadcaster dll.
  • Membangun 56 Sirine Tsunami perintah evakuasi. Operasional sirine tsunami adalah tugas Pemda, BMKG secara bertahap menghibahkan sirine ke Pemda.
  • Mengedukasi masyarakat melalui program Sekolah Lapang Gempa dan Tsunami dan BMKG Goes to School, serta berbagai pelatihan lintas instansi.
  • Mengedukasi > 15 juta orang di Kawasan Rawan gempa dan tsunami melalui 178 Sekolah Lapang Gempa dan Tsunami, BMKG Goes to School, Medsos BMKG, RRI, Radio swasta dan Televisi.
  • Membentuk 22 Komunitas Siaga Tsunami (Pengakuan UNESCO).
  • Menyediakan >250 Peta Bahaya Tsunami dan >20 Peta Mikrozonasi untuk Rencana Tata Ruang Aman Berbasis Risiko Gempa Bumi dan Tsunami.
  • Mendorong pembangunan bangunan tahan gempa, seperti penggunaan teknologi base isolator dan friction pendulum di gedung InaTEWS.
  • Mempelopori Bangunan Tahan Gempa Teknologi Terbaru Base Isolator Friction Pendulum di Gedung InaTEWS Jakarta dan Rubber Bearing untuk Gedung InaTEWS Bali.

Baca Juga: Waspada! BMKG Umumkan Potensi Gelombang Tinggi 2–5 Oktober 2025 di Laut Indonesia

Selain memperkuat sistem peringatan dini, Pepen mengaku, pihak juga telah aktif melakukan edukasi publik yang bekerjasama sama dengan pemerintah daerah maupun melalui platform digital.

"Ya, sosialisasi sudah dilakukan dan terus digencarkan. BMKG secara aktif bekerjasama dengan Pemerintah Daerah melakukan edukasi publik baik secara langsung maupun melalui media digital," kata Pepen.

Adapun, sejumlah program yang telah berjalan di antaranya sebagai berikut:

  • Sekolah Lapang Gempa dan Tsunami (SLGT) di berbagai wilayah, termasuk Jakarta dan Jawa Barat.
  • BMKG Goes to School dan Goes to Campus, untuk meningkatkan literasi kebencanaan.
  • Pemanfaatan media sosial, aplikasi Info BMKG, serta kerja sama dengan Pemprov DKI untuk sosialisasi kesiapsiagaan dan penataan ruang aman gempa.

Baca Juga: BMKG: Jaksel dan Jaktim Berpotensi Diguyur Hujan Petir Hari Ini

Menurutnya, hal itu dilakukan guna masyarakat Jakarta dapat memahami resiko terhadap gempa megathrust nantinya.

"Fokusnya adalah agar masyarakat Jakarta memahami risiko guncangan, mengenali bangunan aman, dan memiliki rencana evakuasi mandiri jika gempa kuat terjadi," ujarnya. (CR-4)


Berita Terkait


News Update