Rissalwan menekankan ada dua faktor utama yang membuat seseorang rentan bunuh diri, yaitu ketiadaan harapan dan lemahnya kontrol sosial.
Fenomena ini menggambarkan kondisi masyarakat yang sedang “sakit”. Meski pemerintah meluncurkan berbagai program, namun realitas di lapangan menunjukkan fakta sosial yang menekan dan memaksa orang pada pilihan yang berat.
Terkait dengan faktor yang melatarbelakangi kasus bunuh diri yang terjadi di Jabodetabek masih perlu penelitian yang mendalam.
Dia meyakini, selain motif ekonomi, yang sering terungkap di permukaan, ada beberapa faktor lain yang jadi pemicu korban tidak berpikir panjang untuk mengakhiri hidupnya, meninggal anak, istri, suami bahkan orang tuanya.
"Penelitian mendalam soal penyebab bunuh diri di Indonesia, terutama di kota besar seperti Jakarta, masih terbatas. Data primer sulit diperoleh karena sensitifnya topik ini, sehingga kebanyakan penelitian hanya mengandalkan data sekunder," kata Rissalwan.
Baca Juga: Anak Usia 13 Tahun di Cipayung Jaktim Bunuh Diri, Kriminolog Sebut karena Akumulasi Tekanan
Meski begitu, Rissalwan berpendapat bahwa akar masalahnya terletak pada melemahnya sistem sosial yang seharusnya menjadi penyangga individu. Sehingga orang-orang yang terabaikan dalam sistem sosial yang kecil, keluarga, teman, lingkungan pergaulan, hingga tidak memiliki ikatan lagi sangat rentan untuk melakukan aksi nekat bunuh diri.
"Tidak ada yang mengingatkan atau memberi semangat untuk menjalani hidup,” ucap Rissalwan.
Rissalwan menambahkan bahwa setiap orang memiliki masalah, bahkan presiden sekalipun. Namun, individu yang dikelilingi sistem sosial yang kuat cenderung lebih mampu mengatasi atau setidaknya mengalihkan masalah tersebut hingga mereka kembali pulih. Dia menegaskan bahwa tidak semua masalah harus diselesaikan, ada yang cukup dilupakan.
"Kadang obat terbaik adalah waktu. Tapi kalau sistem sosialnya tidak ada, tidak kuat, orang bisa kehilangan kendali,” beber Rissalwan.
Terakhir, Rissalwan mengingatkan bahwa meningkatnya individualisme di masyarakat membuat orang rentan menghadapi masalahnya sendiri tanpa dukungan. Sebab kemungkinan besar orang-orang individualis tidak memiliki lingkungan yang bisa mengingatkan dan memotivasi ketika ada masalah.
“Orang-orang individualis ini akhirnya tidak punya kendali, tidak punya orang di sekelilingnya yang bisa menghentikan mereka dari melakukan hal-hal yang membahayakan diri, termasuk bunuh diri,” kata Rissalwan.