“.. peristiwa buruk masa menjadi nasehat, masa kini adalah perjuangan dan masa depan adalah harapan. Ini sejalan dengan anjuran para leluhur bahwa tujuan hidup : Menghapus masa lalu, mengubah masa kini dan menata masa depan,” kata Harmoko.
Hari ini harus lebih baik dari kemarin adalah harapan kita semua. Tak hanya secara individu, lebih luas lagi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tentu, lebih baik dalam semua hal, mulai dari ucapan, perilaku dan perbuatan, termasuk dalam bersosial media.
Lebih santun dalam bertutur kata, lebih bijak memberikan kritik kepada teman, lingkungan masyarakat, hingga kepada pejabat.
Baca Juga: Kopi Pagi: Regenerasi Petani Bukanlah Mimpi
Ada etika dan norma dalam berucap dan bertindak sebagaimana tercermin dalam nilai - nilai luhur adat budaya yang termanifestasikan dalam falsafah bangsa dan negara, Pancasila.
Masih banyak sikap dan perilaku kebaikan yang sudah dicontohkan para leluhur, di antaranya tidak memaksakan kehendak, tidak melakukan pemerasan, tidak mengambil hak orang lain, tidak menang sendiri, tidak mengutamakan kepentingan diri sendiri dan tidak pula semena – mena.
Mari kita mulai hari ini. Tak perlu nunggu hari esok, tak perlu pula menunggu orang lain lebih dulu menjadi baik. Tak harus menunggu dipaksa oleh orang lain menjadi baik.
Ini dalam konteks hubungan sosial dalam membangun lingkungan masyarakat yang penuh harmoni, rukun dan damai, baik di dunia maya, lebih – lebih di alam nyata.
Begitupun dalam tata kelola negara, eksekutif dan legislatif- kehidupan sosial politik. Hari ini harus lebih baik dari kemarin adalah tuntutan rakyat atas sebuah perubahan, selaras dengan kehendak reformasi yang kini kian lantang disuarakan.
Tentu bukan hanya merujuk kepada perilaku para elite, pejabat publik, juga kebijakan dan keputusan politik, termasuk program yang sedang dan akan digulirkan. Utamanya yang program unggulan yang menjadi perhatian dan harapan publik seperti MBG (Makan Bergizi Gratis).