Rincian temuan kasus LGBT menurut wilayah menunjukkan distribusi yang bervariasi. Antara lain sebagai berikut:
Kecamatan Bantar Gebang tercatat 88 kasus, Bekasi Barat 309 kasus, Bekasi Selatan 2.095 kasus, Bekasi Timur 1.507 kasus, Bekasi Utara 620 kasus, Jatiasih 81 kasus, Jatisampurna 99 kasus, Medan Satria 196 kasus, Mustika Jaya 506 kasus, Pondok Melati 13 kasus, Pondok Gede 66 kasus, dan Rawalumbu 596 kasus.
Jika dijumlahkan, pada 2023 ditemukan 544 kasus, lalu melonjak menjadi 5.632 pada 2024, dan pada 2025 tercatat 6.176 kasus.
Berdasarkan kelompok usia, penyintas berusia 14-19 tahun sebanyak 133 orang, usia 20-24 tahun sebanyak 1.185 orang, usia 25-49 tahun sebanyak 3.921 orang, dan usia di atas 49 tahun mencapai 109 orang.
Baca Juga: Undangan Lewat Medsos, Acara LGBT di Bogor Tarik Biaya Rp200 Ribu per Peserta
Menanggapi kompleksitas isu ini, Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengajak semua pihak duduk bersama mencari akar permasalahan sebelum menentukan solusi.
"Permasalahan ini sangat kompleks. Akar masalahnya mesti kami temukan dulu, sehingga metode dan cara yang kami lakukan menjadi fokus bersama untuk mewujudkan Kota Bekasi yang sehat," ujar Tri Adhianto.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi melalui edukasi, sosialisasi, dan literasi yang berkelanjutan. Wali Kota juga mengaku terkejut dengan data LGBT yang beredar.
"Termasuk hari ini kami mengetahui berita tentang LGBT di Kota Bekasi yang meningkat tajam sampai ada 5 ribu lebih. Saya kira ini menjadi PR (pekerjaan rumah) dan menjadi pengingat bagi kita untuk mawas diri," tuturnya.
Hingga saat ini, Saifuddin mengatakan pihaknya bersama yayasan dan instansi terkait masih mengumpulkan dan melengkapi data sebagai dasar kajian lanjutan.
Pemkot maupun pihak terkait diharapkan segera memverifikasi data secara komprehensif dan menyusun langkah penanganan yang berimbang. Yang tentunya mengedepankan kesehatan masyarakat, perlindungan hak asasi, serta mencegah stigmatisasi. (cr-3)