POSKOTA.CO.ID - Demonstrasi berdarah di Nepal hingga merenggut 72 korban jiwa dan ratusan lainnya luka – luka, mengingatkan kita untuk selalu introspeksi. Mawas diri sebelum berucap dan berbuat. Kontrol diri ketika menjadi pejabat.
Patut kita renungkan bahwa peristiwa di Nepal memberikan pelajaran berharga bagi kita semua, apa yang telah kita perbuat menyenangkan banyak pihak, atau sebaliknya menyakiti hati rakyat.
“Jadi ingat dengan lagu: Mari kita renungkan karya Ebiet G Ade yang sarat makna itu,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Itu lagu favorit, saya suka nyanyikan lagu itu di eranya, pas karaokean sama teman – teman,” ujar mas Bro.
“Wah rupanya punya masa lalu, hobi karaoke ya,” kata Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Desakan Reformasi Menguat
“Ini bukan hobi soal karaokean, tetapi makna lagu itu yang sarat pesan untuk senantiasa introspeksi diri. Syairnya pun hafal hingga sekarang, terutama bait pertama, ” kata mas Bro.
“Coba dong jadi kepengin dengar,” kata Yudi.
“Nih dengerin,” kata mas Bo yang kemudian mendendangkan “ Kita mesti telanjang dan benar – benar bersih. Suci lahir dan di dalam batin. Tengoklah ke dalam sebelum bicara. Singkirkan debu yang masih melekat. Singkirkan debu yang masih melekat. Hooo hooo hooo..”
“Kok langsung hooo ... hooo, “ protes Yudi.
“Karena kalau kita kaji lebih jauh, masih banyak tangan yang tega berbuat nista hooo hooo,” ujar mas Bro.