POSKOTA.CO.ID - Isu tentang siapa dalang dibalik kericuhan dalam aksi demonstrasi masih menjadi perbincangan hangat publik.
CEO Malaka Project, Ferry Irwandi menilai aparat penegak hukum tidak perlu kesulitan untuk menemukan aktor intelektual di balik kerusuhan.
Menurutnya dengan perangkat analisis data modern, pelacakan dapat dilakukan secara sistematis dan terukur.
"Dalam hitungan menit, pola penyebaran hashtag tertentu bisa ditelusuri. Dari situ terlihat siapa yang pertama menyebarkan isu, afiliasi politik atau kelompoknya, serta arah dukungan maupun serangan," jelas Ferry saat menjadi narasumber dalam program Rakyat Bersuara di iNews, 2 September 2025.
Baca Juga: Nadiem Makarim Resmi Tersangka Kasus Korupsi Laptop, Harta Rp600 Miliar Jadi Sorotan Publik
Ferry mencontohkan meskipun hanya menggunakan perangkat sederhana, masyarakat umum pun bisa melacak pergerakan hashtag di platform populer seperti TikTok, Instagram, maupun Twitter/X.
Hasil analisis tersebut segera menampilkan jaringan penyebar isu sehingga aparat dapat menentukan arah investigasi.
Meski begitu, Ferry mengingatkan bahwa hasil analisis digital harus diperlakukan sebagai data awal, bukan sebagai vonis mutlak.
Menurutnya akun yang pertama kali terdeteksi menyebarkan isu bisa saja hanyalah simpul awal, bukan dalang sebenarnya.
Baca Juga: Profil Nadiem Makarim, Pernah jadi Menteri Termuda Era Jokowi Kini Tersangka Kasus Pengadaan Laptop
"Jejak digital perlu dijadikan pintu masuk investigasi. Selanjutnya, pihak berwenang harus menggali lebih dalam dengan metode lain agar tidak terjebak pada asumsi," ujar Ferry.
Ferry juga menyebut teknologi algoritma ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, teknologi ini mampu mempercepat investigasi dan menjaga stabilitas publik.
Namun di sisi lain, salah penggunaan bisa menimbulkan dampak negatif, seperti penyalahgunaan data atau framing yang menyesatkan.
"Yang terpenting adalah kapasitas aparat dalam mengelola teknologi. Jika digunakan dengan tepat, analisis digital bisa menjadi instrumen penting untuk mencegah kericuhan berulang," ujarnya.
Baca Juga: Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim Jadi Tersangka Dugaan Korupsi Digitalisasi Pendidikan
Lebih lanjut, Ferry menilai pemerintah harus memperkuat sistem investigasi berbasis data agar mampu merespons dinamika di era digital.
Ia mengingatkan bahwa setiap aktivitas di media sosial meninggalkan jejak, sehingga pelacakan kini jauh lebih mudah dibandingkan dekade sebelumnya.
"Dulu pelacakan digital membutuhkan waktu panjang, sekarang prosesnya jauh lebih cepat dan efisien. It’s not rocket science," kata Ferry dengan tegas.
Dengan demikian, menurutnya negara tidak boleh lengah dalam memanfaatkan kemajuan teknologi. Apalagi penyebaran isu yang memicu kericuhan dapat berawal dari akun anonim yang sebenarnya mudah dilacak dengan perangkat yang memadai.
Pernyataan Ferry ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran masyarakat terhadap dampak media sosial dalam memobilisasi massa. Kericuhan yang berawal dari isu tertentu kerap bereskalasi cepat karena informasi viral sulit dikendalikan.
Oleh karena itu, ia mengimbau agar seluruh pihak baik pemerintah, aparat keamanan, maupun masyarakat bisa lebih bijak dalam menyikapi informasi yang beredar.
Investigasi berbasis data, menurut Ferry, bukan hanya soal melacak dalang, tetapi juga menjaga kepercayaan publik terhadap demokrasi dan ketertiban umum.