Dedi Mulyadi mengakui bahwa kritik tersebut relevan, mengingat setiap rupiah dalam APBD harus diarahkan untuk kepentingan produktif.
"Mahasiswa memberi auto kritik agar DPR lebih efisien dalam mengelola keuangan, jangan terlalu banyak kegiatan yang tidak produktif," jelasnya.
Dedi juga menegaskan bahwa kritik semacam ini perlu dipandang sebagai dorongan positif, bukan ancaman, karena bertujuan memperbaiki tata kelola pemerintahan.
Baca Juga: Antisipasi Demo, Siswa SMAN 1 Cimahi Dipulangkan Lebih Awal
Meski membuka ruang dialog, Dedi juga mengingatkan mahasiswa mengenai potensi pihak-pihak tertentu yang mencoba memanfaatkan situasi dengan melakukan aksi anarkis. Ia mencontohkan adanya peristiwa pembakaran kendaraan, perusakan gedung, hingga fasilitas umum yang justru merugikan masyarakat.
"Banyak yang memanfaatkan situasi. Kita harus hati-hati agar aspirasi mahasiswa tidak ditunggangi kepentingan lain yang merusak tatanan," kata Dedi.
Dalam perbincangan tersebut, pihak Presma Unisba menyatakan kesiapan berdiskusi langsung dengan DPRD Jawa Barat terkait isu-isu daerah.
Menanggapi hal itu, Dedi menegaskan bahwa Pemprov Jabar siap memfasilitasi pertemuan antara mahasiswa dan legislatif.
"DPRD Jabar juga sudah menyatakan siap berdialog, tinggal menyesuaikan waktu yang tepat. Prinsipnya kita fasilitasi agar semua pihak bisa duduk bersama," ungkapnya.