Obrolan Warteg: Jangan Asal Bicara

Senin 01 Sep 2025, 07:10 WIB
Ilustrasi obrolan warteg, warga mengingatkan pentingnya pejabat berhati-hati berbicara: “Intinya jangan bikin rakyat marah.” (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

Ilustrasi obrolan warteg, warga mengingatkan pentingnya pejabat berhati-hati berbicara: “Intinya jangan bikin rakyat marah.” (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

POSKOTA.CO.ID - Ada hal menarik yang disampaikan Wakil Presiden RI ke -10 dan 12, Jusuf Kalla (JK), dalam menyikapi meluasnya aksi demonstrasi yang diwarnai kericuhan hingga merenggut korban jiwa.

Seperti diberitakan, JK berpesan kepada pemerintah, pejabat dan DPR untuk belajar menahan diri dalam berbicara, agar tidak membuat hati rakyat terluka. Peristiwa ini jadi pelajaran yang besar bagi para pejabat dan anggota DPR untuk menahan diri, Jangan bicara asal – asal dan jangan menghina rakyat.

“Intinya jaga ucapan dan perbuatan yang dapat menimbulkan tersinggung, terlebih kemarahan,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Perlu Menahan Diri

“Iya di media sosial lagi viral, mengunggah pepatah “mulutmu harimaumu.” yang berarti perkataan bisa menjadi senjata yang berbahaya dan dapat menyakiti orang lain,” tambah Yudi.

“Bukan hanya menyakiti orang lain, ucapan yang sembarangan bisa mendatangkan celaka bagi diri sendiri. Contohnya sudah terbukti, dan terlihat dari video yang beredar terkait aksi massa,” jelas mas Bro.

“Berarti pepatah tersebut mengajarkan kepada kita agar bicaralah dengan hati –hati, tidak menyinggung orang lain. Tidak perlu memakai kata – kata kasar dan vulgar, tidak perlu memaki – maki. Ingat serendah apa pun status sosial ekonominya, setiap orang punya harga diri,” urai Heri.

“Jika harga diri sudah tercabik – cabik, bisa menggeliat, kemarahan terjadi, Aksi massa yang belakangan ini terjadi karena merasa tersakiti, teraniaya oleh pihak – pihak yang merasa punya kekuasaan,” kata Yudi.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Jangan Pamer Kemewahan

“Sejumlah media asing juga menyoroti aksi demonstrasi yang meluas di Indonesia merupakan akumulasi kekecewaan publik. Meninggalnya driver ojol telah memicu kemarahan publik yang lebih luas terkait kondisi sosial, ekonomi dan politik,” kata Heri.

“Ya, itu gambaran media internasional menyikapi situasi yang terjadi di negeri kita. Patut menjadi perhatian,” kata Yudi.


Berita Terkait


News Update