Spesifikasi dan Harga Mobil Barracuda Brimob: Rantis yang Dikaitkan dengan Tewasnya Affan Kurniawan

Jumat 29 Agu 2025, 13:56 WIB
Potret barracuda Brimob yang menjadi sorotan publik pasca tragedi 28 Agustus 2025. (Sumber: Pinterest)

Potret barracuda Brimob yang menjadi sorotan publik pasca tragedi 28 Agustus 2025. (Sumber: Pinterest)

Publik menyoroti detail teknis kendaraan yang menelan biaya fantastis namun dipakai dengan cara yang merenggut nyawa rakyat.

Beberapa spesifikasi utama barracuda:

  • Bodi baja setebal 8 mm mampu menahan peluru kaliber 7,62 mm.
  • Kaca pelindung 4 mm dilapisi baja untuk daya tahan ekstra.
  • Run Flat Tyres, memungkinkan tetap melaju 80 km/jam meski ban bocor.
  • Kapasitas 12 personel, termasuk sopir dan komandan regu.
  • Senjata terintegrasi:

    • Senapan Mesin Berat (SMB) Browning M2HB kaliber 12,7 mm.
    • Senapan Mesin Sedang (SMS) kaliber 7,62 mm.
  • Mesin diesel Mercedes Benz OM 924 LA, 4 silinder, kapasitas 3.730 cc.
  • Basis sasis: Truk 5000 buatan Jerman untuk ketahanan di medan ekstrem.

Dari sisi fungsi, kendaraan ini jelas dirancang untuk perang dan anti-teror, bukan menghadapi massa sipil yang menuntut hak.

Harga Fantastis: Beban dari Pajak Rakyat

Kemarahan publik semakin membara setelah beredar informasi bahwa harga satu unit barracuda mencapai nyaris Rp 1 triliun.

Unggahan akun IG @zulfridahk menampilkan tangkapan layar dari dokumen Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang menunjukkan detail harga fantastis tersebut.

Pertanyaan pun muncul:

  • Mengapa uang rakyat digunakan untuk membeli kendaraan militeristik, alih-alih mendukung kesejahteraan rakyat?
  • Bagaimana logika pengamanan yang justru membahayakan masyarakat sipil?

Bagi banyak orang, tragedi Affan adalah simbol ketidakadilan: “pajak rakyat digunakan untuk membeli kendaraan yang membunuh rakyat.”

Peristiwa ini menyisakan luka mendalam. Affan Kurniawan bukan hanya nama, ia adalah representasi anak muda pekerja keras yang mencari nafkah sebagai driver ojol.

Tragedi ini menimbulkan trauma kolektif—bukan hanya bagi keluarga korban, tetapi juga bagi ribuan buruh dan warga yang menyaksikan langsung maupun lewat layar ponsel.

Manusia yang seharusnya dilindungi, justru terinjak oleh simbol kekuasaan yang mestinya menjaga. Ironi terbesar hadir ketika alat pelindung berubah menjadi alat penindas.

Reaksi Publik dan Media Sosial

Gelombang kritik datang dari berbagai lapisan masyarakat:

  • Tagar #AffanKurniawan dan #JusticeForOjol menjadi trending di media sosial.
  • Aktivis HAM menuntut transparansi investigasi dan penegakan hukum tanpa pandang bulu.
  • Warganet membandingkan fungsi barracuda dengan “tank perang” yang digunakan melawan rakyat sipil.

Beberapa tokoh publik juga angkat bicara, menegaskan bahwa demokrasi tidak boleh berjalan dengan darah rakyat.


Berita Terkait


News Update