POKSKOTA.CO.ID - Emas sejak lama dianggap sebagai aset paling aman di tengah ketidakpastian global. Ketika pasar keuangan terguncang, inflasi meningkat, atau konflik geopolitik memanas, emas hampir selalu menjadi pilihan utama bagi investor. Fenomena ini kembali terbukti pada 2025, ketika harga emas menunjukkan tren penguatan signifikan.
Menurut proyeksi Ibrahim Assuaibi, seorang pengamat mata uang dan komoditas, emas berpotensi menyentuh level USD 3.400 per ons pada awal pekan, dan bahkan mencapai USD 3.450 per ons secara mingguan. Angka ini bukan sekadar prediksi teknis, melainkan refleksi dari dinamika global yang saling memengaruhi pasar.
Namun, lebih dari sekadar grafik naik-turun, harga emas mencerminkan rasa takut, harapan, dan strategi manusia dalam menghadapi masa depan.
Baca Juga: Rp300.000 Saldo KLJ Agustus 2025 Cair ke Rekening, Ambil di Bank DKI
Faktor Kebijakan Moneter: Peran Sentral The Fed
Salah satu penggerak utama harga emas adalah kebijakan moneter Amerika Serikat. The Federal Reserve (The Fed) menjadi sorotan karena memberi sinyal kemungkinan penurunan suku bunga meskipun inflasi masih menjadi ancaman.
Bagi investor, kebijakan ini adalah angin segar. Penurunan suku bunga membuat biaya memegang emas lebih murah dibanding aset berbunga. Akibatnya, minat terhadap emas meningkat signifikan.
“Harga emas dunia dalam minggu depan kemungkinan besar akan kembali mengalami penguatan pada Senin. Kemungkinan akan menyentuh di level tertingginya, di level USD 3.400-an. Kemudian kalau saya melihat secara mingguan, kemungkinan besar akan menuju di level USD 3.450,” kata Ibrahim 24, Agustus2025.
Selain faktor teknis, komentar dan tekanan politik juga berperan. Presiden AS Donald Trump disebut terus mendesak The Fed agar menurunkan suku bunga untuk meredam dampak perang dagang. Kombinasi kebijakan moneter dan tekanan politik memperkuat keyakinan pasar bahwa harga emas masih memiliki ruang kenaikan.
Emas Sebagai Aset Safe Haven: Perspektif Investor
Di tengah ketidakpastian global, emas kembali dipandang sebagai instrumen lindung nilai. Karakteristik emas yang tahan terhadap inflasi dan volatilitas menjadikannya pilihan utama.
Seorang investor individu biasanya melihat emas bukan hanya dari sisi grafik harga, tetapi juga dari rasa aman yang diberikannya. Dalam kondisi pasar saham yang rentan, properti yang butuh modal besar, atau obligasi yang tergantung kebijakan pemerintah, emas tampil sederhana namun kuat: bisa disimpan, mudah dijual, dan nilainya diakui lintas negara.
Dari perspektif manusiawi, emas memberi rasa tenang. Ia seolah menjadi “teman lama” yang selalu hadir ketika dunia tidak bisa diprediksi.