Indonesia U-17 Akhiri Piala Kemerdekaan 2025 sebagai Runner-up, Begini Analisa Pundit Sepak Bola

Selasa 19 Agu 2025, 17:20 WIB
Potret para pemain Timnas Indonesia U-17. (Sumber: PSSI)

Potret para pemain Timnas Indonesia U-17. (Sumber: PSSI)

POSKOTA.CO.ID – Timnas Indonesia U-17 harus puas menutup turnamen Piala Kemerdekaan 2025 sebagai runner-up setelah kalah 2-1 dari Mali dalam laga penentuan, Senin malam. Dengan hasil ini, Mali keluar sebagai juara usai mencatat tiga kemenangan atas Tajikistan, Uzbekistan, dan Indonesia.

Indonesia menyelesaikan turnamen dengan satu kemenangan melawan Uzbekistan, satu hasil imbang kontra Tajikistan, dan satu kekalahan dari Mali.

Pakar sepak bola, Binder Singh, menilai performa skuad muda Indonesia tetap menunjukkan perkembangan positif meski gagal meraih gelar.

“Yang perlu kita cermati bukan soal hasil akhir, tapi bagaimana para pemain muda bermain, mengantisipasi serangan, mengambil keputusan dalam mengoper bola, melakukan shooting, tackling, pressing, dan mengendalikan emosi di lapangan,” ujar Bung Binder dalam ulasannya, dikutip dari kanal YouTube miliknya.

Baca Juga: Cara Buat Akun Garuda ID untuk Beli Tiket Timnas Indonesia vs Kuwait dan Lebanon di FIFA Matchday

Menurut Bung Binder, kekalahan dari Mali tidak lepas dari perbedaan kualitas tim. Mali disebut tampil dominan sepanjang pertandingan dengan penguasaan bola dan jumlah peluang yang lebih banyak.

“Banyak yang bertanya kenapa Indonesia harus main defensif. Ya karena lawannya terlalu kuat. Kalau all-out attack, pertahanan pasti kocar-kacir,” katanya.

Kendati demikian, Binder menilai strategi bertahan Indonesia cukup efektif. Penampilan kiper Dafa juga mendapat sorotan positif setelah terpilih sebagai kiper terbaik turnamen.

“Kalau bukan karena Dafa, mungkin Mali bisa menang 5-1 atau 6-1. Penghargaan itu wajar, karena yang dinilai bukan jumlah kebobolan, tapi total penyelamatan yang dia lakukan,” ujarnya.

Baca Juga: FIFA Matchday: Harga dan Link Pembelian Tiket Timnas Indonesia vs Kuwait dan Lebanon

Meski memuji mentalitas pemain, Binder menyoroti kelemahan Indonesia dalam membangun transisi serangan dan menciptakan peluang dari open play.

“Salah satu problem dari Timnas Indonesia U-17 adalah transisi. Compact football mereka sudah bagus, tapi transisinya harus rapi supaya bisa membuka pertahanan lawan,” jelasnya.

Satu-satunya gol Indonesia melawan Mali lahir dari lemparan ke dalam. Menurut Binder, hal ini menunjukkan perlunya variasi serangan lain, termasuk memanfaatkan counter attack secara lebih efektif.

Selain itu, ia menekankan pentingnya keberanian improvisasi.

Baca Juga: Cara Beli Tiket FIFA Matchday 2025: Timnas Indonesia vs Kuwait dan Lebanon

“Para pemain Mali berani berimprovisasi ketika kesulitan menghadapi low block Indonesia. Sedangkan pemain kita masih khawatir salah. Mindset itu harus diubah,” katanya.

Binder menilai uji coba melawan tim-tim kuat seperti Mali sangat penting untuk mematangkan para pemain jelang Piala Dunia U-17 mendatang.

“Kalau bisa, undang tim kuat seperti Argentina atau Prancis. Walau kalah, pengalaman menghadapi tim kelas dunia akan sangat berharga,” ujarnya.

Ia memperkirakan Indonesia membutuhkan setidaknya empat poin dari fase grup untuk menjaga peluang lolos, terutama dalam laga kontra Honduras dan Zambia.


Berita Terkait


News Update