Kopi Pagi: Merajut Kebersamaan (2)

Kamis 14 Agu 2025, 06:36 WIB
Kopi Pagi: Merajut Kebersamaan (2) (Sumber: Poskota)

Kopi Pagi: Merajut Kebersamaan (2) (Sumber: Poskota)

Baca Juga: Kopi Pagi: Tiada Henti Menunggu Realisasi

Maknanya hidup bermasyarakat – hidup dalam kebersamaan adalah  sebuah kebutuhan. Ini sejatinya modal utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang jika dikemas sedemikian rupa menjadi sebuah kekuatan besar mengisi kemerdekaan, demi mewujudkan cita – cita negeri kita.

Hanya saja realita tak dapat dipungkiri, kebersamaan pada masa perjuangan tentu sangatlah jauh berbeda dengan era sekarang. Begitu pun ketika kita dihadapkan kepada upaya membangun kebersamaan yang di dalamnya terdapat  keberagaman. Beragam dalam tradisi,budaya, etnis dan agama. Sebagai bangsa yang majemuk dan multikultural, kadang dihadapkan pada realitas yang cukup rumit.

Bung Karno sendiri sejak awal kemerdekaan telah berpesan kepada pemuda, generasi penerus bangsa lewat pernyataannya “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. Perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”

Saat itu, boleh jadi kita bertanya – tanya bagaimana mengusir penjajah lebih mudah, ketimbang melawan bangsa sendiri? Tetapi pesan itu belakangan dapat kita cerna, apa makna yang terkandung di dalamnya.

Melawan bangsa sendiri bukan berarti berperang secara fisik sebagaimana mengusir penjajah.

Kalau pun dikatakan berperang adalah perang melawan ego pribadi dan intoleransi. Satu sikap yang jauh dari nilai - nilai dasar manusia sebagai makhluk sosial.

Baca Juga: Kopi Pagi: Moralitas Politik

Era kini, kita menyaksikan keberagaman masih menjadi embrio pemicu terjadinya konflik, permusuhan dan kebencian satu sama lain. Meski konflik tersebut tidak semata berlatar belakang perbedaan, tetapi dapat menghambat terciptanya kebersamaan.

Jika sudah melebur dalam keluarga besar yang disebut bangsa, hendaknya disertai dengan menanggalkan ego pribadi dan kelompok. Kedua ego tadi  ikut melebur ke dalam ego yang lebih besar lagi, yakni ego (kepentingan) nasional.

Kita tentu berkehendak hidup bersama bukan sebatas bersama dalam artian fisik, tetapi ada kebersamaan. Ini dibutuhkan sikap toleransi, saling peduli, saling berbagi sebagaimana sebuah keluarga, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Menahan diri untuk tidak terprovokasi. Singkirkan prasangka buruk dengan mencari- cari kesalahan orang lain. Tak ada lagi kepentingan pribadi dan kelompok karena  semuanya sudah terakomodir dan melebur menjadi kepentingan bersama.


Berita Terkait


undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Politik Tebar Pesona

Senin 28 Jul 2025, 10:30 WIB
undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Moralitas Politik

Senin 04 Agu 2025, 06:00 WIB
undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Merajut Kebersamaan (1)

Senin 11 Agu 2025, 06:57 WIB

News Update