Harga Emas Diprediksi Bisa Sentuh US$4.000 per Ounce di 2026, Ini 5 Faktor Pendorong Utamanya

Rabu 06 Agu 2025, 09:51 WIB
Emas Menuju Rekor Tertinggi? Ini Alasan Analis Prediksi Harga Tembus US$4.000/Oz di 2026 (Sumber: Pinterest)

Emas Menuju Rekor Tertinggi? Ini Alasan Analis Prediksi Harga Tembus US$4.000/Oz di 2026 (Sumber: Pinterest)

POSKOTA.CO.ID - Prediksi harga emas terus mengalami revisi naik seiring meningkatnya gejolak ekonomi dan geopolitik dunia. Dalam survei terbaru Reuters terhadap 40 analis keuangan global, median harga emas diprediksi mencapai USD 3.220 per ons pada 2025, dan USD 3.400 per ons pada 2026.

Bahkan, lembaga keuangan besar seperti Goldman Sachs dan JPMorgan meramalkan lonjakan hingga USD 4.000 per ons dalam dua tahun mendatang.

Kenaikan signifikan ini bukan tanpa alasan. Dalam pandangan banyak analis, kondisi global telah menciptakan lahan subur bagi aset lindung nilai seperti emas untuk bersinar lebih terang dari sebelumnya.

Baca Juga: Cara Cerdas Menyusun Jurnal Pembelajaran PPG 2025 agar Lolos Sertifikasi Guru

Faktor Utama: Ketidakpastian Global dan Risiko Fiskal Amerika Serikat

Salah satu pemicu utama lonjakan harga emas adalah kekhawatiran atas ketahanan fiskal Amerika Serikat. Kebijakan anggaran ekspansif seperti "One Big Beautiful Bill" yang pernah digaungkan oleh Presiden Donald Trump diperkirakan dapat menambah utang nasional AS hingga USD 3,3 triliun.

Di tengah tekanan utang itu, risiko inflasi dan nilai tukar dolar AS kian tak menentu. Investor global merespons dengan mengalihkan portofolio ke aset yang dianggap lebih stabil dan tahan terhadap volatilitas jangka panjang — emas.

Ketegangan Geopolitik Jadi Pemicu Reli Harga

Situasi geopolitik juga menjadi faktor penting. Invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 menandai dimulainya era baru ketidakpastian internasional. Di waktu yang sama, hubungan dagang antara AS dan China yang terus memanas menambah tekanan psikologis pada pasar global.

Negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), yang khawatir terhadap dominasi dolar dan ancaman pembekuan aset oleh AS, mulai meningkatkan cadangan emas sebagai upaya diversifikasi kekayaan nasional.

Bank Sentral Dunia Borong Emas: Tren yang Tak Bisa Diabaikan

Sinyal paling kuat datang dari bank sentral berbagai negara. China melalui PBOC tercatat membeli emas selama 8 bulan berturut-turut. Total cadangan emas bank sentral dunia kini mencapai hampir 20% dari total cadangan devisa resmi global, naik signifikan dari 15% hanya dua tahun lalu.

Gerakan ini mencerminkan pergeseran strategi makro: dari ketergantungan pada dolar AS menuju portofolio yang lebih seimbang dengan emas sebagai penyokong.

Investor Ritel Turut Dorong Permintaan

Bukan hanya institusi besar yang menunjukkan minat tinggi terhadap emas. Investor ritel juga menyambut tren ini dengan antusias.

Menurut data dari State Street Investment Management, dari total USD 50 miliar aliran dana ke ETF non-saham dan obligasi di semester I 2025, sebesar USD 20 miliar mengalir ke ETF emas.

Fenomena ini mencerminkan tingginya kepercayaan publik terhadap emas sebagai instrumen investasi jangka panjang yang relatif aman.

Prediksi Harga Emas 2026: USD & Rupiah

Berikut proyeksi harga emas tahun 2026 dari berbagai lembaga keuangan global beserta konversi ke rupiah per gram:

Lembaga

Prediksi (USD/ons)

Dalam Rupiah/gram

Goldman Sachs

4.000

Rp2.096.000

JPMorgan

4.000

Rp2.096.000

Deutsche Bank

3.700

Rp1.938.000

Bank of America

3.350

Rp1.755.000

Reuters (median)

3.400

Rp1.781.000

*Asumsi: 1 troy ounce = 31,1035 gram, kurs Rp16.300 per USD

Bagi banyak orang, emas bukan hanya soal angka dan grafik. Ia adalah simbol kestabilan di tengah dunia yang terus berubah. Ketika pasar saham terguncang, crypto volatil, dan geopolitik tak menentu, emas tetap bersinar sebagai "aset yang bisa dipegang".

Seorang investor ritel di Jakarta, misalnya, mengungkap bahwa emas adalah satu-satunya instrumen yang "membuatnya tidur nyenyak" selama pandemi dan ketegangan global. “Kalau pegang emas, saya tahu nilainya tidak akan jatuh drastis semalam seperti saham atau koin digital,” ujarnya.

Investasi Emas Digital: Solusi Praktis dan Aman

Berbeda dengan era sebelumnya yang mengharuskan membeli emas secara fisik di toko, kini investor bisa dengan mudah membeli emas secara online dan legal. Salah satu platform yang menyediakan fitur ini adalah Bareksa Emas.

Melalui Bareksa Emas, investor bisa:

  • Membeli emas mulai dari nominal kecil
  • Menyimpan emas secara digital dan aman
  • Menarik emas dalam bentuk fisik (Tarik Fisik) ke rumah
  • Memilih emas Antam atau UBS
  • Bertransaksi kapan saja, dari mana saja

Bareksa bekerja sama dengan mitra terpercaya seperti Pegadaian, Treasury, dan Indogold yang semuanya memiliki izin resmi dari OJK atau Bappebti.

Baca Juga: Istri dan Anak Silfester Matutina Siapa? Profil Keluarga Disorot Usai Diduga Fitnah Jusuf Kalla

Fitur Cetak Fisik: Emas Online Bisa Jadi Nyata

Salah satu keunggulan Bareksa Emas adalah adanya fitur Cetak Fisik, di mana investor dapat mencetak emas digital menjadi emas batangan dan dikirim langsung ke rumah. Ini menjawab kekhawatiran sebagian orang yang masih menginginkan bentuk fisik sebagai bukti investasi.

Emas yang tersedia memiliki kadar 99,99% (24 karat) dan dapat dipilih dari dua produsen terpercaya: Antam dan UBS.

Melihat proyeksi harga emas yang cenderung naik hingga USD 4.000 per ons pada 2026, disertai lonjakan minat global dari institusi maupun individu, emas tampaknya akan tetap menjadi aset utama di tengah ketidakpastian.

Bagi investor Indonesia, tren ini menjadi peluang besar, apalagi kini tersedia platform digital seperti Bareksa Emas yang memberikan kemudahan, keamanan, dan legalitas investasi.

Saat dunia berubah begitu cepat dan risiko geopolitik kian menajam, emas kembali menguatkan posisinya sebagai bukan sekadar pelindung nilai, tapi juga simbol kestabilan jangka panjang.


Berita Terkait


News Update