POSKOTA.CO.ID - Narasi yang menyebutkan bahwa 5 Agustus 2025 adalah hari terpendek dalam satu tahun tengah ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial, khususnya TikTok. Salah satu akun populer, @inibukanniko, mengunggah konten yang menyebut bahwa “besok, 5 Agustus, akan menjadi hari terpendek tahun ini.”
Unggahan ini memicu perdebatan dan rasa penasaran banyak warganet:
Apakah benar ada hari yang lebih pendek dari biasanya?
Apakah ini fenomena alam biasa, atau pertanda sesuatu yang lebih besar?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat valid dan perlu dijawab bukan dengan asumsi, melainkan dengan sains.
Baca Juga: 5 Industri Masa Depan yang Bisa Bikin Kaya Raya Menurut Timothy Ronald
Apa Itu Hari Terpendek?
Secara umum, kita mengenal satu hari sebagai waktu yang dibutuhkan bumi untuk melakukan satu kali rotasi penuh terhadap porosnya, yaitu 24 jam atau 86.400 detik. Namun kenyataannya, rotasi bumi tidak selalu tepat 24 jam. Bahkan, dalam pengukuran presisi tinggi, durasi rotasi bisa berbeda beberapa milidetik—lebih cepat atau lebih lambat.
Hari terpendek, dalam konteks ilmiah, adalah hari ketika bumi berputar lebih cepat dari rata-rata, sehingga durasi satu rotasi menjadi kurang dari 24 jam.
Klaim Ilmiah: Didukung atau Tidak?
Klaim ini bukan sepenuhnya karangan. Data dari International Earth Rotation and Reference Systems Service (IERS), badan resmi yang mengawasi rotasi bumi, mencatat bahwa rotasi bumi pada tanggal 5 Agustus 2025 memang diperkirakan lebih cepat sekitar 1,25 milidetik dari rata-rata hari biasa.
Artinya, hari tersebut akan berlangsung 86.398,75 detik saja—bukan 86.400 detik penuh.
Penyebab Hari Menjadi Lebih Pendek
Percepatan rotasi bumi tidak muncul secara acak. Ada beberapa penyebab utama, antara lain:
1. Posisi Bulan terhadap Bumi
Bulan adalah satelit alami bumi yang memiliki pengaruh gravitasi besar, termasuk pada pasang-surut laut. Ketika bulan berada pada posisi paling jauh dari khatulistiwa, gaya tariknya terhadap permukaan bumi berkurang. Hal ini berdampak pada menurunnya hambatan rotasi, sehingga bumi bisa berputar lebih cepat.
2. Perubahan Distribusi Massa Bumi
Fenomena mencairnya es di kutub, naiknya permukaan laut, dan pergeseran daratan karena gempa atau aktivitas tektonik juga mengubah distribusi massa bumi. Ibarat seorang skater yang menarik tangan ke dalam saat berputar agar lebih cepat, bumi pun bisa mengalami hal serupa saat massanya "bergeser ke tengah".
3. Aktivitas Inti Bumi
Gerakan fluida di inti bumi bagian dalam—yang bersifat cair dan konduktif—juga bisa menyebabkan perubahan pada momen inersia rotasi bumi. Jika aliran ini berubah, kecepatan rotasi pun ikut terdampak.
Seberapa Besar Pengaruh 1,25 Milidetik?
Pertanyaan menarik berikutnya adalah: Apakah perbedaan 1,25 milidetik itu signifikan?
Secara praktis, jawabannya adalah tidak terasa dalam kehidupan sehari-hari. Manusia tidak akan menyadari secara langsung bahwa hari itu lebih pendek.
Namun bagi dunia teknologi, terutama sistem navigasi satelit dan komunikasi global, akurasi waktu sangatlah penting. Selisih sekecil 1 milidetik bisa menimbulkan kesalahan dalam sistem GPS, kontrol lalu lintas udara, hingga komunikasi satelit.
Apakah Ini Pertanda Akhir Zaman?
Narasi yang berkembang di media sosial sering kali dibumbui kekhawatiran berlebihan. Sebagian warganet bahkan mengaitkan fenomena ini dengan teori konspirasi atau ramalan kiamat.
Namun para ilmuwan menegaskan:
Percepatan rotasi bumi adalah fenomena alami dan pernah terjadi sebelumnya.
Faktanya, pada 29 Juni 2022, bumi mencatat hari terpendek dalam sejarah pencatatan modern, yakni 1,59 milidetik lebih cepat dari 24 jam. Jadi fenomena ini bukan pertama kali terjadi, dan bukan pula sesuatu yang perlu ditakuti secara berlebihan.
Apakah Waktu Akan Terus Memendek?
Pertanyaan ini tidak mudah dijawab secara mutlak. Berdasarkan penelitian, rotasi bumi cenderung melambat dalam jangka panjang karena gaya pasang-surut yang disebabkan oleh bulan. Namun dalam jangka pendek, seperti yang kita alami saat ini, rotasi bisa mengalami fluktuasi karena berbagai faktor alam.
Jadi, hari-hari pendek seperti 5 Agustus 2025 mungkin akan terjadi lagi di masa depan, tetapi dalam skala milidetik dan tidak berdampak signifikan pada kehidupan harian.
Dampaknya terhadap Kalender dan Waktu Global
Meskipun perubahan ini sangat kecil, badan seperti IERS tetap memantau dan menyesuaikan waktu dunia jika diperlukan. Salah satu mekanisme penyesuaian yang dikenal adalah:
Leap Second (Detik Kabisat)
Jika waktu rotasi bumi sangat berbeda dari waktu atomik (UTC), maka satu detik akan ditambahkan atau dikurangi dari kalender dunia untuk menyelaraskan keduanya. Hingga saat ini, penambahan leap second lebih sering dilakukan karena rotasi bumi cenderung melambat.
Namun jika tren percepatan terus berlanjut, pengurangan leap second (negative leap second) mungkin akan diterapkan di masa depan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Bagi kebanyakan orang, perbedaan 1,25 milidetik mungkin terdengar sepele. Namun fenomena ini sesungguhnya mengingatkan manusia bahwa waktu bukanlah sesuatu yang absolut dan statis.
Dalam konteks filosofi kehidupan, ini adalah momen untuk refleksi:
- Apakah kita memanfaatkan waktu dengan bijak?
- Di tengah percepatan teknologi dan informasi, apakah kita semakin "terburu-buru" dalam hidup?
- Ketika bumi mempercepat putarannya, akankah kita juga ikut mempercepat ritme kehidupan tanpa jeda?
Baca Juga: Suka Duka Pedagang Bendera di Bekasi, Didi Tinggalkan Cirebon dengan Membawa Harapan
Edukasi dan Literasi Digital: Pentingnya Cek Fakta
Fenomena viral seperti ini sering dimanfaatkan oleh konten kreator untuk meraih perhatian. Sayangnya, tidak semua unggahan menyertakan penjelasan ilmiah yang akurat.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk:
- Memverifikasi informasi sebelum membagikannya.
- Mengenal sumber otoritatif, seperti IERS atau NASA.
- Mengedepankan literasi sains agar tidak mudah termakan hoaks.
Ya, 5 Agustus 2025 diperkirakan menjadi hari terpendek tahun ini secara ilmiah, dengan durasi rotasi bumi yang lebih cepat sekitar 1,25 milidetik dari rata-rata. Fenomena ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti posisi bulan, perubahan distribusi massa bumi, hingga aktivitas inti bumi.
Meski tidak berdampak langsung pada aktivitas sehari-hari, fenomena ini penting untuk dunia sains dan teknologi. Ia juga menjadi pengingat bagi kita semua: bahwa waktu terus berjalan, bahkan kadang lebih cepat dari yang kita kira.