“Kalau kita tidak mulai dari sekarang, kita akan jadi penonton saat ekonomi tumbuh. Kita harus jadi pelaku,” tegasnya.
Yang menarik dari pendekatan Timothy adalah inklusivitasnya. Ia percaya bahwa menjadi investor bukanlah hak eksklusif orang kaya atau orang dengan gelar ekonomi tinggi. Justru, menurutnya, semua orang bisa menjadi investor—apapun latar belakangnya.
“Mau kamu mulai dari deposito, reksadana, saham, atau obligasi, itu semua bentuk investasi,” katanya. “Yang penting kita tahu tujuannya apa.”
Berbeda dari narasi populer yang sering mengaitkan investasi dengan kemewahan atau flexing sosial media, Timothy justru menekankan pentingnya makna. Investasi bukan ajang pamer, tetapi sarana mencapai tujuan finansial yang bermakna—seperti membeli rumah, menyiapkan dana pensiun, atau membantu pendidikan anak.
Edukasi Finansial untuk Hidup yang Lebih Manusiawi
Salah satu nilai yang kerap ditekankan Timothy adalah bahwa hidup tidak seharusnya dihabiskan hanya untuk menabung atau bekerja keras tanpa arah. Investasi adalah bentuk perencanaan yang manusiawi—membantu seseorang menikmati hidup tanpa terbebani kekhawatiran finansial di masa depan.
“Hidup bukan hanya soal kerja dan nabung. Kita juga harus belajar menikmati hasilnya. Itulah esensi dari perencanaan keuangan yang sehat,” ucapnya.
Ia juga secara aktif menyuarakan pentingnya pembelajaran finansial sejak dini, baik di sekolah maupun dalam keluarga. Literasi ini, menurutnya, sama pentingnya dengan kemampuan membaca atau berhitung.
Baca Juga: Patuh LHKPN, Gubernur Pramono Komitmen Wujudkan Pemerintahan yang Bersih dan Transparan Jakarta
Menyiapkan Generasi Investor untuk Indonesia 2045
Mimpi besar Timothy bukan tanpa alasan. Dengan bonus demografi yang terus bergerak dinamis, Indonesia berada di ambang transformasi ekonomi yang luar biasa. Namun semua itu hanya mungkin terjadi jika masyarakatnya siap, terutama secara finansial.
“Kalau kita ingin jadi negara maju, kita harus punya masyarakat yang melek keuangan,” pungkasnya.
Dalam pandangan Timothy, menjadi investor adalah bentuk kontribusi yang realistis namun signifikan. Tak semua orang mampu atau punya keinginan menjadi pengusaha, tapi semua orang bisa belajar menjadi investor yang bijak—dan itu sudah lebih dari cukup untuk mendorong ekonomi bangsa.
Timothy Ronald bukan sekadar anak muda yang sukses di usia muda. Ia adalah pemikir yang berani mengusulkan paradigma baru: bahwa menjadi investor jauh lebih berdampak luas dibanding sekadar menjadi pengusaha sukses. Visi ini lahir dari pengalaman, pengamatan, dan rasa tanggung jawab terhadap masa depan Indonesia.