SERPONG, POSKOTA.CO.ID - Di tengah kasus beras oplosan, pedagang di Pasar Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), menerap strategi supaya tetap bisa bertahan.
Yaya, 45 tahun, menerapkan strategi subsidi silang. Ia menjual beras berkualitas biasa dengan margin keuntungan kecil untuk konsumen umum, sedangkan produk beras berkualitas dijual kepada konsumen menengah ke atas.
Namun, Yaya tidak jarang menerima campuran beras umum dan premium atas permintaan konsumen. Ia membantah tindakan pencampuran beras atas kehendak pedagang, tetapi pembeli.
“Misalnya, untuk keperluan usaha nasi padang, pembeli kerap meminta beras jenis pera dicampur jenis bulat agar tekstur nasi lebih sesuai selera. Mungkin itu yang membuat sebagian orang mengira oplosan karena dicampur,” kata Yaya di Pasar Serpong, Jumat, 25 Juli 2025.
Baca Juga: Diskoperindag Pandeglang Bentuk Tim Khusus Pengawas Beras
Perihal kualitas beras, ia tidak bisa sepenuhnya menjamin bagus. Pasalnya, Yaya menjual beras yang dibeli dari pabrik, tetapi dirinya bisa melihat kualitasnya dengan mengemasnya sendiri.
“Kita jual apa adanya aja. Kalau dari pabriknya kayak gitu, ya kita jual seperti itu,” ujarnya yang sudah berjualan sejak 2001.
Hanya saja, Yaya menolak bekerja sama dengan sejumlah merek beras pabrikan besar yang menawarkan harga lebih murah, tetapi kualitas tidak terjamin. Ia mengemas sendiri beras dari karung kosong, yang menurutnya kualitasnya lebih terkontrol.
“Kalau beli dari perusahaan besar, harganya bisa lebih murah tapi kualitasnya belum tentu. Lebih baik saya jual kemasan sendiri, kualitas lebih terjamin dan harga tetap bersaing,” ujarnya.
Baca Juga: Cara Cek Online Daftar Penerima Bansos Beras 20 kg Juni-Juli 2025 untuk KPM
Sementara itu, ia mengaku sering ditanya tentang beras oplosan yang sedang ramai diperbincangkan. Ia menegaskan, produk yang ia jual berasal langsung dari karung pabrik dan tidak melalui proses campuran tidak sah.