Gen Z dan Investasi Saham: FOMO Mengintai, Peluang atau Bumerang?

Rabu 23 Jul 2025, 12:17 WIB
Ilustrasi Gen Z dan fenomena FOMO dalam investasi. (Sumber: chatgpt)

Ilustrasi Gen Z dan fenomena FOMO dalam investasi. (Sumber: chatgpt)

Namun, di sisi lain, jika tidak dibarengi dengan literasi keuangan yang mumpuni, FOMO bisa menjadi bumerang.

Tidak sedikit investor pemula yang terjebak membeli saham saat harganya melambung tinggi akibat tren, lalu panik dan menjualnya saat harga anjlok, berakhir dengan kerugian besar.

Baca Juga: 3 Prinsip Investasi untuk Membangun Kekayaan Menurut Timothy Ronald

Dampak Psikologis dan Ancaman Investasi Ilegal

Ilustrasi dampak FOMO dalam investasi. (Sumber: chatgpt)

Mengutip dari laman Universitas Abdul Chalim, FOMO tidak hanya menguras dompet tetapi juga memicu efek psikologis yang serius. Rasa takut ketinggalan membuat investor terus-menerus memantau pergerakan pasar, terpaku pada saran yang belum tentu kompeten, dan membuat keputusan berdasarkan emosi.

Akibatnya, tujuan investasi jangka panjang menjadi kabur, dan proses belajar investasi yang sehat pun terganggu. Stres dan kecemasan berlebihan bisa menjadi teman setia bagi mereka yang terjebak dalam pusaran FOMO.

Lebih jauh lagi, perilaku FOMO juga turut menyuburkan maraknya investasi ilegal di Indonesia. Kemudahan akses digital dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab untuk membuat aplikasi, website, dan penawaran palsu melalui media sosial.

Banyak korban, khususnya Gen Z, yang mudah tergiur dengan iming-iming bunga tinggi tanpa memahami risiko yang ada. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, kerugian masyarakat akibat investasi ilegal sejak 2018 hingga 2022 telah mencapai angka fantastis, yakni Rp126 triliun.

Baca Juga: 3 Kunci Kaya ala Timothy Ronald: Manfaatkan Teknologi hingga Investasi Masa Depan

Literasi dan Inklusi Keuangan untuk Gen Z

Melihat dominasi investor muda di pasar modal Indonesia per Agustus 2023, investor individu berusia di bawah 30 tahun mencapai 57,04 persen dari total investor.

Pentingnya literasi dan inklusi keuangan menjadi sangat krusial. Literasi keuangan membekali individu dengan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri untuk membuat keputusan keuangan yang cerdas.

Sementara itu, inklusi keuangan memastikan akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan formal.

Untuk mengatasi jebakan FOMO, berbagai pihak perlu berperan aktif pemerintah, lembaga keuangan, dan pelaku pasar harus lebih gencar menyebarkan edukasi keuangan yang disesuaikan dengan karakter Gen Z seperti visual, ringkas, dan "anti-ribet".


Berita Terkait


News Update