Rekaman Suara Diduga Priya Nailuredha Thoriq Sebelum Meninggal Geger, Apa Isinya?

Kamis 17 Jul 2025, 09:18 WIB
Ilustrasi. Rekaman audio yang diduga milik, siswa kelas X SMAN 6 Garut, Priya Nailuredha Thoriq (16). (Sumber: Freepik)

Ilustrasi. Rekaman audio yang diduga milik, siswa kelas X SMAN 6 Garut, Priya Nailuredha Thoriq (16). (Sumber: Freepik)

POSKOTA.CO.ID - Jagat media sosial diguncang oleh beredarnya rekaman suara yang diduga milik, siswa kelas X SMAN 6 Garut, Priya Nailuredha Thoriq (16).

Priya sendiri dilaporkan meninggal dunia dalam keadaan yang tidak wajar, pada Senin subuh, 14 Juli 2025.

Dikutip dari postingan sang ibu, Fuji Lestari mengaku, putranya mengalami tekanan sosial setelah dituduh melaporkan teman-temannya yang menggunakan vape di kelas.

Ia menuliskan, Priya sempat hampir dipukuli ramai-ramai sebelum melarikan diri ke ruang Bimbingan Konseling.

“Awalnya anak saya dituduh melaporkan teman-temannya yang nge-vape di kelas, padahal dia sama sekali tidak melakukan itu. Suatu hari anak saya mau dipukul ramai-ramai oleh teman sekelas, tangannya dipegangin dan sudah mau dipukuli. Alhamdulillah, anak saya berhasil kabur ke ruang BK,” tulis Fuji dalam postingannya.

Lantas, apa isi dari rekaman audio yang diduga suara Priya Nailuredha Thoriq?

Apa Isi Rekaman Audio?

Rekaman yang tersebar di TikTok itu disebut memuat curahan ketakutan dan kesedihan, bahkan oleh sejumlah warganet ditafsir sebagai “ucapan terakhir” sebelum kepergian Priya.

Hingga saat ini, keaslian audio yang diduga Priya tersebut belum diverifikasi secara resmi.

Video pendek yang memuat potongan audio itu beredar luas lewat akun-akun solidaritas, salah satunya disebut dari @haiiipute_.

Narasi yang menyertainya mengaitkan suara dalam rekaman dengan kondisi psikologis Priya menjelang wafat.

Baca Juga: Wajah Diaz Mantan Suami Putri Karlina Viral di TikTok, Seperti Apa Sosok Ex Pasangan Wakil Bupati Garut?

Pihak Sekolah Bantah Ada Perundungan

Kepala SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi, secara tegas membantah adanya praktik perundungan di lingkungan sekolahnya.

Ia menyatakan persoalan yang menimpa Priya “berakar pada masalah akademik”, tepatnya karena Priya tidak naik kelas setelah tujuh mata pelajaran dinilai tidak tuntas.

"Kita bahkan selalu mengupayakan bagaimana caranya supaya korban tidak tertinggal dari segi pelajaran," terangnya.

Menurut Dadang, keputusan akademik itu telah dikomunikasikan kepada orang tua sebelum diumumkan.

Sementara itu, wali kelas Priya, Yulia Wulandari, mengatakan dirinya terkejut saat kabar meninggalnya sang siswa dikaitkan dengan bullying.

Ia menyebut, tidak melihat tanda-tanda tekanan dari teman sebaya, dan menegaskan guru aktif membantu Priya mengejar ketertinggalan pelajaran.

Yulia juga mengaku, kerap menerima curhatan dari ibu Priya tentang perubahan perilaku anaknya, termasuk soal relasi pertemanan dan asmara, yang disebut memengaruhi fokus belajar.

"Orang tuanya sering cerita kenapa anaknya jadi berubah sejak masuk sekolah," ungkap dia.

Baca Juga: Berapa Sebenarnya Kekayaan Timothy Ronald? Sosok Viral yang Dikenal sebagai Investor Muda

Respons Pemerintah Daerah

Kasus ini juga telah menarik perhatian Wakil Bupati Garut, Luthfianisa Putri Karlina.

Pihaknya turut menyatakan belasungkawa dan menegaskan bahwa dugaan perundungan terhadap Priya sudah masuk penanganan Tim Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Garut selama beberapa pekan.

Pihaknya menyebut, agenda pendampingan lanjutan sejatinya dijadwalkan 17 Juli, namun Priya lebih dahulu wafat.

Putri juga meminta evaluasi menyeluruh, termasuk terhadap ucapan guru, serta menekankan pentingnya penanganan netral berbasis asesmen profesional.

“Kita berusaha senetral mungkin. Hasilnya harus assessment profesional", tandasnya.


Berita Terkait


News Update