Kontroversi ini semakin relevan mengingat Korea Selatan sedang bergulat dengan reformasi kebijakan keluarga yang lebih ramah terhadap pola keluarga non-tradisional, termasuk keluarga ibu tunggal dan pernikahan sipil.
Perjalanan Lee Si Young: Dari Atlet Tinju hingga Ikon Kemandirian
Sebelum dikenal sebagai sosok yang vokal memperjuangkan kemandirian perempuan, Lee Si Young telah lebih dulu membangun reputasi unik sebagai artis sekaligus atlet tinju profesional. Kariernya sebagai aktris melesat lewat peran-peran dramatis yang memperlihatkan citra perempuan kuat.
Di luar dunia hiburan, Lee mengejutkan publik ketika berhasil memenangkan berbagai pertandingan tinju tingkat nasional, menjadi simbol bahwa perempuan juga bisa bersinar di arena yang identik dengan kekuatan fisik.
Pada tahun 2020, pernikahan Lee Si Young berakhir dengan perceraian yang cukup menguras emosi. Sejak itu, ia dikenal sebagai ibu tunggal yang gigih, membesarkan anak pertamanya sambil terus aktif dalam proyek akting, iklan, hingga kegiatan sosial.
“Saya tidak pernah berhenti bekerja karena anak saya. Sebaliknya, kehadirannya membuat saya lebih kuat,” ungkap Lee dalam salah satu wawancara terdahulu.
Kini, dengan kehamilan keduanya, ia sekali lagi menunjukkan bahwa tekadnya untuk membangun keluarga tidak surut meskipun tanpa pasangan.
Reaksi Publik: Apresiasi dan Kritik
Kabar kehamilan Lee Si Young sontak menjadi tajuk utama media daring di Korea dan internasional. Respons publik pun terbagi dua:
- Pendukung menganggap Lee sebagai figur yang inspiratif. Mereka memuji keberanian Lee mengambil langkah sulit demi mewujudkan keinginan memiliki anak kedua. Bagi mereka, Lee menjadi simbol kemerdekaan perempuan modern yang tak terikat pada norma tradisional.
- Pengkritik mempertanyakan aspek legal dan moral dari prosedur IVF yang tidak melibatkan mantan pasangan. Ada yang menganggap langkah Lee sebagai preseden buruk dalam hubungan keluarga dan hak anak di masa depan.
Media sosial pun menjadi ruang perdebatan sengit antara dua kelompok ini, menunjukkan betapa isu reproduksi perempuan masih sarat dengan stigma dan tafsir moral di masyarakat Korea Selatan.
Fenomena Global: IVF dan Perempuan yang Memilih Sendiri
Fenomena perempuan memilih IVF secara mandiri tidak hanya terjadi di Korea Selatan. Di banyak negara, angka ibu tunggal melalui IVF terus bertambah. Hal ini mencerminkan perubahan sosial dan peningkatan kesadaran akan hak reproduksi perempuan.
Sejumlah penelitian internasional menunjukkan motivasi perempuan menjalani IVF secara mandiri antara lain:
- Usia yang semakin mendekati ambang kesuburan.
- Keinginan memiliki keturunan meski belum menemukan pasangan yang tepat.
- Dorongan pribadi untuk menjadi ibu tanpa kompromi.
- Ketersediaan finansial untuk mendukung proses medis dan pengasuhan anak.
Dalam konteks ini, keputusan Lee Si Young dapat dilihat sebagai bagian dari tren global yang lebih luas, meskipun diwarnai kompleksitas hukum dan norma setempat.
Baca Juga: Klik-Klik di HP, Saldo DANA Gratis Rp165.000 Terkirim ke Dompet Elektronik Pakai Aplikasi Ini