Dari sebuah kawasan yang semula diisolasi, Glodok justru tumbuh menjadi pusat kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi bagi warga Tionghoa yang kemudian memberi warna tersendiri dalam perjalanan sejarah Jakarta.
Baca Juga: Pakai Baju Cheongsam Anies Hadiri Festival Pecinan
Simbol-Simbol Sejarah Pecinan Glodok
Hingga saat ini, jejak sejarah Pecinan Glodok masih bisa disaksikan melalui berbagai bangunan tua dan tempat ibadah. Beberapa di antaranya yakni.
1. Pancoran Tihosay
Merupakan landmark gerbang masuk kawasan Pecinan Glodok yang dibangun untuk mengenang Kapiten Tionghoa Gan Djie dan istrinya.
2. Gedung Chandra Naya
Bangunan bersejarah yang dahulu menjadi pusat pergerakan komunitas Tionghoa dalam bidang sosial, pendidikan, dan kesehatan.
3. Kelenteng Tien Hock Kiong
Salah satu kelenteng tertua di Glodok yang hingga kini masih ramai dikunjungi umat Buddha dan Konghucu, terutama saat Imlek dan Cap Go Meh.
4. Gereja Katolik Santa Maria de Fatima
Menariknya, di tengah dominasi budaya Tionghoa, berdiri sebuah gereja berarsitektur Tiongkok yang menjadi simbol toleransi dan keberagaman.
5. Kelenteng Toa Se Bio dan Seng Ong Bio
Kelenteng-kelenteng tua yang tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut sejarah kawasan ini.
Tidak jauh dari Glodok, terdapat Kampung Pekojan yang dikenal sebagai kawasan komunitas Arab dengan sejumlah masjid tua bersejarah.
Keberadaan Kampung Pekojan juga menunjukkan bagaimana Jakarta sejak lama telah menjadi melting pot berbagai etnis dan budaya yang hidup berdampingan.
Jika Anda berkesempatan berkunjung ke Jakarta, pastikan untuk menyempatkan waktu untuk menyusuri jejak sejarah di Pecinan Glodok.