Jejak Sejarah Pecinan Glodok, Pusat Perdagangan dan Budaya Tionghoa Sejak Abad ke-17

Minggu 06 Jul 2025, 14:25 WIB
Potret Pecinan Glodok, Jakarta Barat. (Sumber: X/@indeonisia)

Potret Pecinan Glodok, Jakarta Barat. (Sumber: X/@indeonisia)

POSKOTA.CO.ID - Pecinan Glodok yang terletak di Jakarta Barat bukan hanya sekadar kawasan perdagangan, tetapi juga kawasan bersejarah kehidupan komunitas Tionghoa di Indonesia.

Sejak abad ke-17, Glodok telah menjadi pusat permukiman, perdagangan, dan budaya yang berkembang pesat hingga saat ini.

Berbagai kisah sejarah, arsitektur kuno, serta akulturasi budaya yang terjalin di tempat ini menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata budaya dan sejarah yang tak lekang oleh waktu.

Perayaan Imlek, Cap Go Meh, atraksi barongsai, hingga wisata kuliner, semuanya menyatu dan menjadikan Glodok sebagai permata yang tak ternilai di tengah hiruk-pikuk Jakarta.

Keberadaan Glodok menjadi bukti nyata bahwa sejarah dan budaya bukan hanya cerita masa lalu, melainkan warisan yang terus hidup, berkembang, dan menginspirasi.

Dikutip dari kanal YouTube Serangkai Tionghoa, berikut adalah sejarah Pecinan Glodok dengan warisan budayanya.

Baca Juga: Perayaan Cap Go Meh 'Budaya Pemersatu Bangsa' akan Digelar di Kawasan Pecinan Surya Kencana Bogor

Awal Mula Pecinan Glodok

Sejarah Glodok bermula sejak peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1740, sebuah tragedi kelam di masa penjajahan Belanda yang membuat ribuan warga Tionghoa kehilangan nyawa.

Setelah tragedi tersebut, pemerintah kolonial memberlakukan kebijakan yang memaksa komunitas Tionghoa untuk tinggal di luar tembok Batavia, dan kawasan Glodok pun mulai terbentuk sebagai tempat pemukiman mereka.

Namun jauh sebelum peristiwa tersebut, sekitar tahun 1654, para pemimpin Tionghoa telah mendirikan sejumlah kelenteng di Glodok sebagai tempat peribadatan dan penghormatan kepada dewa-dewa.

Beberapa kelenteng bersejarah yang berdiri hingga kini antara lain Kelenteng Kim Tek Ie (Cinta Yuan) dan Kelenteng Toa Se Bio.

Dari sebuah kawasan yang semula diisolasi, Glodok justru tumbuh menjadi pusat kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi bagi warga Tionghoa yang kemudian memberi warna tersendiri dalam perjalanan sejarah Jakarta.

Baca Juga: Pakai Baju Cheongsam Anies Hadiri Festival Pecinan

Simbol-Simbol Sejarah Pecinan Glodok

Hingga saat ini, jejak sejarah Pecinan Glodok masih bisa disaksikan melalui berbagai bangunan tua dan tempat ibadah. Beberapa di antaranya yakni.

1. Pancoran Tihosay

Merupakan landmark gerbang masuk kawasan Pecinan Glodok yang dibangun untuk mengenang Kapiten Tionghoa Gan Djie dan istrinya.

2. Gedung Chandra Naya

Bangunan bersejarah yang dahulu menjadi pusat pergerakan komunitas Tionghoa dalam bidang sosial, pendidikan, dan kesehatan.

3. Kelenteng Tien Hock Kiong

Salah satu kelenteng tertua di Glodok yang hingga kini masih ramai dikunjungi umat Buddha dan Konghucu, terutama saat Imlek dan Cap Go Meh.

4. Gereja Katolik Santa Maria de Fatima

Menariknya, di tengah dominasi budaya Tionghoa, berdiri sebuah gereja berarsitektur Tiongkok yang menjadi simbol toleransi dan keberagaman.

5. Kelenteng Toa Se Bio dan Seng Ong Bio

Kelenteng-kelenteng tua yang tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut sejarah kawasan ini.

Tidak jauh dari Glodok, terdapat Kampung Pekojan yang dikenal sebagai kawasan komunitas Arab dengan sejumlah masjid tua bersejarah.

Keberadaan Kampung Pekojan juga menunjukkan bagaimana Jakarta sejak lama telah menjadi melting pot berbagai etnis dan budaya yang hidup berdampingan.

Jika Anda berkesempatan berkunjung ke Jakarta, pastikan untuk menyempatkan waktu untuk menyusuri jejak sejarah di Pecinan Glodok.


Berita Terkait


News Update