Karding mengaku heran dengan sistem kerja para calo yang begitu rapi dan terorganisir. Ia menyebut para pelaku terlihat terlatih dalam menyembunyikan aktivitas mereka.
"Kalau lihat modusnya, operasi tadi malam itu, mereka udah canggih. Mereka bisa menghilang di tengah pengejaran. Itu artinya mereka sudah terlatih," ucapnya.
Ia juga sempat berdialog dengan seorang penjaga para calon pekerja migran yang diamankan. Menurutnya, sang penjaga pun tampak lihai dalam memberi jawaban.
"Menurut saya yang penjaganya itu cara menjawabnya juga sudah terlatih. Makanya kita minta yang jadi korban jangan dihukum, biar saja dipulangkan ke rumah. Tapi yang memang terlibat harus dihukum," tegasnya.
Dari hasil pendataan, diketahui bahwa para calon PMI telah ditampung selama satu hingga dua bulan sebelum dijadwalkan berangkat. Seluruhnya merupakan perempuan yang sudah menikah, berusia di atas 25 tahun, dan berasal dari berbagai daerah, termasuk NTB.
"Yang dari NTB udah dua bulan ditampung. Rata-rata mereka sudah menikah dan punya anak. Usianya juga di atas 25 tahun," katanya.
Karding mengungkapkan, para calon PMI ini dijanjikan akan bekerja sebagai pekerja rumah tangga, mulai dari perawat lansia, asisten rumah tangga, hingga petugas kebersihan. Mereka dijanjikan gaji sekitar 1.200 riyal atau sekitar Rp5 juta. Padahal, standar gaji yang bisa mereka dapatkan bisa mencapai 1.500 riyal.
Baca Juga: Komisi I DPR Dukung Restrukturisasi Satgas TPPO Sebagai Langkah Penegakan Hukum
"Karena mereka tidak punya daya tawar dan hanya menggunakan visa ziarah, mereka bekerja berdasarkan bargaining dari pemberi kerja. Dan mereka tidak punya kontrak," katanya. (CR-3)