Iran Umumkan Akhir Perang 12 Hari Melawan Israel, Ini Pernyataan Resminya

Rabu 25 Jun 2025, 08:20 WIB
Perang Iran vs Israel Berakhir

Perang Iran vs Israel Berakhir

POSKOTA.CO.ID - Konflik bersenjata antara Iran dan Israel pada pertengahan Juni 2025 menandai salah satu eskalasi paling signifikan di Timur Tengah dalam satu dekade terakhir.

Dimulai dengan serangan udara mendadak Israel di wilayah perbatasan Suriah, yang menurut Israel sebagai tindakan pre-emptive terhadap konvoi militer Iran, ketegangan meningkat drastis.

Iran merespons dengan meluncurkan rudal balistik ke beberapa instalasi strategis Israel. Ketegangan ini semakin tajam ketika militer Iran menyerang pangkalan udara milik Amerika Serikat di Qatar, yang dianggap sebagai bentuk peringatan terhadap dukungan militer Washington terhadap Tel Aviv.

Baca Juga: Skandal Video 7 Menit Msbreewc dan Ello MG Viral, Link Rekaman Full Durasi Masih Diburu Netizen

Pernyataan Resmi Presiden Iran

Dalam pidato yang dilansir resmi oleh Kantor Berita Republik Islam Iran (IRNA), Presiden Masoud Pezeshkian menyampaikan bahwa rakyat Iran telah menunjukkan keberanian dan keteguhan dalam menghadapi tekanan eksternal. Ia menyatakan:

“Setelah perlawanan heroik bangsa kami, hari ini kita menyaksikan penegakan gencatan senjata dan berakhirnya perang 12 hari yang diawali provokasi militer Israel.”

Pezeshkian juga menegaskan bahwa gencatan senjata bukan merupakan bentuk kelemahan, tetapi cerminan dari komitmen Iran terhadap perdamaian yang adil dan bermartabat.

Peran Amerika Serikat: Mediasi di Tengah Konflik

Presiden AS Donald Trump, yang terlibat langsung dalam proses diplomasi, mengumumkan pada 23 Juni bahwa kesepakatan gencatan senjata telah dicapai.

Meskipun sempat terjadi ketegangan tambahan ketika kedua negara saling menuduh melanggar kesepakatan gencatan, tekanan internasional terutama dari negara-negara Eropa dan Liga Arab berhasil menahan eskalasi lebih lanjut.

Washington memainkan peran kunci dengan menggunakan leverage diplomatik dan militer untuk memastikan kedua belah pihak menahan diri. Pangkalan udara AS di Qatar yang sempat diserang menjadi titik balik yang mempercepat keterlibatan langsung AS.

Korban dan Dampak Kemanusiaan

Menurut data resmi yang dirilis masing-masing pemerintah:

  • Iran: 610 warga sipil dilaporkan tewas, termasuk perempuan dan anak-anak, akibat serangan udara dan artileri Israel di beberapa kota besar seperti Shiraz, Tabriz, dan Ahvaz.
  • Israel: 24 warga sipil menjadi korban, sebagian besar akibat serangan rudal balistik Iran yang menghantam wilayah Haifa dan pinggiran Tel Aviv.

Lembaga kemanusiaan internasional seperti Palang Merah dan UNHCR telah memperingatkan tentang potensi krisis pengungsi baru serta gangguan distribusi logistik kesehatan dan pangan di wilayah terdampak.

Analisis Strategis: Mengapa Hanya 12 Hari?

Meskipun dampaknya besar, perang ini relatif singkat dibandingkan konflik-konflik sebelumnya di kawasan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor utama:

  1. Tekanan Diplomatik Global
    Negara-negara besar, termasuk Rusia dan Tiongkok, mendesak kedua belah pihak untuk menghindari eskalasi lebih luas.
  2. Keterlibatan Militer Terbatas
    Tidak seperti perang skala penuh, konflik ini sebagian besar terbatas pada serangan udara dan rudal, tanpa invasi darat besar-besaran.
  3. Risiko Ekonomi dan Politik Domestik
    Kedua negara menghadapi tekanan ekonomi dan sosial yang signifikan, membuat perpanjangan konflik menjadi tidak rasional secara strategis.

Dampak Terhadap Kawasan dan Internasional

Konflik ini menambah panjang daftar ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah. Beberapa dampak lanjutan yang telah teridentifikasi:

  • Meningkatnya Ketegangan di Teluk Persia
    Negara-negara seperti Arab Saudi, UEA, dan Bahrain meningkatkan siaga militer mereka di tengah ketidakpastian keamanan regional.
  • Fluktuasi Harga Minyak Dunia
    Ketegangan ini sempat mendorong harga minyak mentah naik hingga 7% dalam 48 jam pertama serangan Iran.
  • Dampak Diplomatik Terhadap ASEAN dan Asia Timur
    Negara-negara Asia, termasuk Indonesia dan Jepang, menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap potensi dampak terhadap kestabilan perdagangan energi.

Reaksi Dunia dan Opini Publik

PBB, melalui Sekjen António Guterres, menyambut baik tercapainya gencatan senjata dan menyerukan dibukanya kembali dialog damai permanen. Di sisi lain, opini publik global terbelah.

  • Di Iran, banyak masyarakat menganggap perlawanan mereka sebagai bentuk kemenangan moral dan mempertahankan martabat nasional.
  • Di Israel, pemerintah menuai kritik karena dianggap gagal melindungi warga dari serangan rudal dan gagal memprediksi respon keras Iran.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Usai Sengketa Pulau, Kini Pulau Terisolir 

Apa Selanjutnya? Prospek Gencatan Senjata Jangka Panjang

Meskipun senjata telah dihentikan, benih konflik masih menyala. Analis geopolitik memperkirakan beberapa skenario pasca-perang:

  1. Perjanjian Damai Regional Baru
    Peluang perundingan damai jangka panjang terbuka jika AS, PBB, dan Uni Eropa bisa memainkan peran aktif dan netral.
  2. Perang Proxy Berlanjut
    Tanpa solusi politik, perang mungkin akan bergeser kembali ke medan konflik tak langsung seperti di Suriah, Lebanon, dan Yaman.
  3. Militerisasi dan Balas Dendam
    Jika salah satu pihak merasa kehilangan muka, kemungkinan serangan susulan dalam beberapa bulan tetap ada.

Perang 12 hari antara Iran dan Israel adalah pengingat bahwa perdamaian di Timur Tengah sangat rapuh dan dapat berubah hanya dalam hitungan hari.

Gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden Masoud Pezeshkian menunjukkan bahwa diplomasi, meski terlambat, masih bisa menghentikan pertumpahan darah.

Namun, ketahanan damai itu sendiri akan sangat bergantung pada langkah-langkah strategis lanjutan yang diambil semua pihak terkait.


Berita Terkait


News Update