POSKOTA.CO.ID - Konflik bersenjata antara Iran dan Israel pada pertengahan Juni 2025 menandai salah satu eskalasi paling signifikan di Timur Tengah dalam satu dekade terakhir.
Dimulai dengan serangan udara mendadak Israel di wilayah perbatasan Suriah, yang menurut Israel sebagai tindakan pre-emptive terhadap konvoi militer Iran, ketegangan meningkat drastis.
Iran merespons dengan meluncurkan rudal balistik ke beberapa instalasi strategis Israel. Ketegangan ini semakin tajam ketika militer Iran menyerang pangkalan udara milik Amerika Serikat di Qatar, yang dianggap sebagai bentuk peringatan terhadap dukungan militer Washington terhadap Tel Aviv.
Baca Juga: Skandal Video 7 Menit Msbreewc dan Ello MG Viral, Link Rekaman Full Durasi Masih Diburu Netizen
Pernyataan Resmi Presiden Iran
Dalam pidato yang dilansir resmi oleh Kantor Berita Republik Islam Iran (IRNA), Presiden Masoud Pezeshkian menyampaikan bahwa rakyat Iran telah menunjukkan keberanian dan keteguhan dalam menghadapi tekanan eksternal. Ia menyatakan:
“Setelah perlawanan heroik bangsa kami, hari ini kita menyaksikan penegakan gencatan senjata dan berakhirnya perang 12 hari yang diawali provokasi militer Israel.”
Pezeshkian juga menegaskan bahwa gencatan senjata bukan merupakan bentuk kelemahan, tetapi cerminan dari komitmen Iran terhadap perdamaian yang adil dan bermartabat.
Peran Amerika Serikat: Mediasi di Tengah Konflik
Presiden AS Donald Trump, yang terlibat langsung dalam proses diplomasi, mengumumkan pada 23 Juni bahwa kesepakatan gencatan senjata telah dicapai.
Meskipun sempat terjadi ketegangan tambahan ketika kedua negara saling menuduh melanggar kesepakatan gencatan, tekanan internasional terutama dari negara-negara Eropa dan Liga Arab berhasil menahan eskalasi lebih lanjut.
Washington memainkan peran kunci dengan menggunakan leverage diplomatik dan militer untuk memastikan kedua belah pihak menahan diri. Pangkalan udara AS di Qatar yang sempat diserang menjadi titik balik yang mempercepat keterlibatan langsung AS.
Korban dan Dampak Kemanusiaan
Menurut data resmi yang dirilis masing-masing pemerintah:
- Iran: 610 warga sipil dilaporkan tewas, termasuk perempuan dan anak-anak, akibat serangan udara dan artileri Israel di beberapa kota besar seperti Shiraz, Tabriz, dan Ahvaz.
- Israel: 24 warga sipil menjadi korban, sebagian besar akibat serangan rudal balistik Iran yang menghantam wilayah Haifa dan pinggiran Tel Aviv.