Tips Tetap Konsisten terhadap Apa Saja, Begini Penjelasan Praktisi Kesehatan Mental

Sabtu 21 Jun 2025, 12:45 WIB
Ilustrasi seorang perempuan sedang membaca buku. (Sumber: PxHere)

Ilustrasi seorang perempuan sedang membaca buku. (Sumber: PxHere)

POSKOTA.CO.ID – Konsistensi dalam menjalani rutinitas bukanlah semata-mata soal kemauan atau kedisiplinan, melainkan soal memahami tingkat kesulitan yang dihadapi.

Demikian disampaikan Gayathri Arvind, seorang advokat kesehatan mental, yang memberitahu betapa pentingnya membangun kebiasaan jangka panjang.

“Konsistensi adalah permainan dengan tiga tingkat kesulitan, dan jika Anda kesulitan, itu bukan karena Anda lemah, malas, atau tidak disiplin. Itu hanya karena Anda tidak tahu level mana yang Anda mainkan atau aturan apa yang berlaku di level tersebut,” ujar Gayathri Arvind, dikutip oleh Poskota dari kanal YouTube Abhasa - Mental Health pada Sabtu, 21 Juni 2025.

Menurut Arvind, konsistensi terdiri atas tiga tingkatan, yakni konsistensi alami (level tiga), konsistensi terlatih (level dua), dan konsistensi paksa (level satu). Banyak orang, lanjutnya, keliru karena mencoba memulai dari level tiga, yang sebenarnya merupakan hasil akhir, bukan titik awal.

Baca Juga: Jangan Diabaikan! Inilah 5 Tanda Anda Perlu Batasan Diri dengan Orang Lain untuk Menjaga Kesehatan Mental

Level Tiga: Konsistensi Alami

Pada tingkat tertinggi, konsistensi menjadi bagian dari diri seseorang secara otomatis, tanpa paksaan atau motivasi eksternal.

“Pikirkan nenek moyang kita, mereka tidak memiliki rutinitas jam 5:00 pagi atau aplikasi produktivitas. Namun setiap hari mereka bangun, mereka memasak, membersihkan, bertani, memberi makan keluarga. Seperti itulah konsistensi yang sesungguhnya,” katanya.

Gayathri Arvind menjelaskan bahwa konsistensi alami pada masa lalu erat kaitannya dengan dorongan bertahan hidup.

Otak manusia secara biologis memprioritaskan aktivitas yang mendukung kelangsungan hidup, seperti makan, mencari perlindungan, dan reproduksi.

Baca Juga: 8 Kebiasaan Ini Terbukti Tingkatkan Kesehatan Mental, Sudah Coba?

Level Dua: Konsistensi Terlatih

Setelah melalui tahap awal, seseorang akan mencapai konsistensi yang mulai stabil meskipun belum sepenuhnya otomatis. Di tahap ini, kebiasaan mulai tertanam dalam sistem.

“Kebiasaan Anda telah menemukan ritme, dan secara perlahan otak Anda mulai mengasosiasikan emosi dengan ritme ini,”

Aturan utama dalam tahap ini adalah fokus pada kontinuitas, bukan intensitas.

“Tunjukkkan lelah, tunjukkan terlambat, tunjukkan berantakan. tapi Anda tunjukkan,” Arvind menekankan bahwa kehadiran, sekecil apa pun, adalah sinyal kuat kepada otak bahwa kebiasaan tersebut penting dan perlu dipertahankan.

Baca Juga: Kamu Lagi Merasa Down? Merry Riana Punya Cara Jitu Pulihkan Mentalmu

Level Satu: Konsistensi Paksa

Di level ini, seseorang harus memaksakan diri melakukan sesuatu yang belum dirasa mendesak atau menyenangkan. Tanpa adanya dorongan biologis, motivasi cenderung rendah.

“Tahap ini berjalan hanya dengan satu hal, kemauan semata,” tegas Gayathri Arvind.

Gayathri Arvind merinci dua aturan utama pada level ini:

  • Jangan membangun terlalu banyak kebiasaan sekaligus karena energi dan kemauan terbatas.
  • Pasangkan aktivitas yang terasa berat dengan hal yang menyenangkan untuk menghasilkan dopamin secara artifisial.

“Anda melakukan aktivitas yang menyakitkan, pasangkan dengan sesuatu yang menyenangkan. Kesenangan kecil ini meminjam dopamin dan mengajari otak Anda, 'Hei, ini benar-benar terasa menyenangkan, ayo lakukan lagi.’”

Baca Juga: Tips Meningkatkan Kepercayaan Diri, Begini Penjelasan Praktisi Kesehatan Mental

Gayathri Arvind mengajak untuk fokus membangun satu kebiasaan utama yang mampu mengubah hidup.

“Pilihlah satu kebiasaan yang dapat menyelesaikan masalah yang paling mendesak dalam hidup Anda, ketika Anda membangun konsistensi dalam satu kebiasaan tersebut, otak Anda akan mempelajari sesuatu yang kuat. Otak Anda belajar bahwa Anda bisa melakukan ini,”

Menurutnya, ketika otak sudah percaya bahwa seseorang mampu hadir dan melakukannya secara konsisten, maka konsistensi bukan lagi sesuatu yang dipaksakan, melainkan menjadi bagian dari identitas.

“Konsistensi tidak lagi menjadi sebuah latihan, namun menjadi identitas Anda, dan itulah satu-satunya cara untuk memenangkan permainan konsistensi,” ujar Gayathri Arvind.


Berita Terkait


News Update