Jawaban Modul 3 PPG 2025: Studi Kasus Ibu Dini sebagai Wali Kelas SMP Diminta Perbaiki Nilai Dafa

Sabtu 21 Jun 2025, 11:43 WIB
Studi kasus Modul 3 Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025, khususnya pada bagian Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN 3). (Sumber: Pinterest)

Studi kasus Modul 3 Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025, khususnya pada bagian Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN 3). (Sumber: Pinterest)

POSKOTA.CO.ID - Dalam studi kasus yang ditampilkan di Modul PPG 2025, Ibu Dini, seorang wali kelas SMP, didatangi oleh orang tua Dafa. Mereka menyampaikan bahwa nilai anak mereka sedikit di bawah standar minimum untuk mendaftar ke SMA favorit.

Dengan harapan besar, mereka meminta Ibu Dini agar “sedikit membantu” menaikkan nilai Dafa. Untuk menunjukkan niat baik, mereka bahkan membawa oleh-oleh dan memaksa Ibu Dini menerimanya, meskipun tidak secara eksplisit mengaitkannya dengan permintaan menaikkan nilai.

Situasi ini berlangsung tanpa saksi. Tidak ada guru atau staf lain yang tahu percakapan tersebut. Dalam posisi ini, Ibu Dini tidak hanya menghadapi dilema profesional, tapi juga tekanan emosional dari harapan orang tua yang berlandaskan kasih sayang pada anak mereka.

Baca Juga: Thom Haye Tanggapi Rumor ke Persija Jakarta: Semua Opsi Terbuka

Opsi Respons Etis dan Profesional

Dalam Modul PPG, peserta diberikan lima pilihan untuk merespons situasi Ibu Dini. Berikut ini ringkasan dari masing-masing opsi:

  1. Menerima oleh-oleh tetapi tetap objektif dalam penilaian.
    Secara normatif, ini tetap berisiko karena menerima hadiah dapat menciptakan konflik kepentingan atau persepsi negatif.
  2. Menolak permintaan dengan mengarahkan ke opsi sekolah lain.
    Respons yang lebih diplomatis, tapi kurang menegaskan sikap tegas terhadap etika penilaian.
  3. Menolak permintaan dan menjelaskan bahwa mengubah nilai tanpa dasar objektif adalah pelanggaran etik.
    Ini merupakan jawaban yang paling tepat secara etis dan profesional.
  4. Menaikkan nilai secara diam-diam agar tidak mengecewakan pihak orang tua.
    Ini melanggar integritas dan merugikan keadilan akademik secara sistemik.
  5. Memberikan tugas tambahan sebagai syarat menaikkan nilai.
    Meskipun terlihat adil, hal ini tetap melanggar prosedur jika dilakukan setelah masa penilaian berakhir.

Jawaban Paling Etis: Menolak dengan Penjelasan Profesional

Pilihan C adalah yang paling sesuai dengan prinsip etika profesi guru. Menyampaikan penolakan secara sopan sekaligus memberikan edukasi tentang keadilan dalam penilaian menunjukkan sikap profesionalisme dan integritas tinggi.

Penolakan ini bukanlah bentuk penolakan terhadap harapan orang tua semata, melainkan bentuk tanggung jawab terhadap seluruh siswa dan sistem pendidikan itu sendiri.

Mengapa Integritas Guru Sangat Penting?

Sebagai figur panutan, guru adalah representasi langsung dari nilai-nilai kejujuran dan keadilan yang diajarkan kepada murid. Jika seorang guru bersedia mengubah nilai karena tekanan atau imbalan, maka kepercayaan terhadap lembaga pendidikan bisa runtuh.

Dalam jangka panjang, perilaku ini dapat menormalisasi korupsi nilai dan menciptakan generasi yang menganggap integritas bisa dinegosiasikan.

Mengutip nilai dalam Kode Etik Guru Indonesia, guru wajib:

  • Menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan objektivitas.
  • Memberikan penilaian yang adil tanpa diskriminasi.
  • Menolak segala bentuk suap atau gratifikasi yang mempengaruhi keputusan profesional.

Solusi yang Konstruktif: Diskusi dan Pendampingan Akademik

Alih-alih menyetujui permintaan orang tua Dafa, Ibu Dini dapat menawarkan diskusi yang membangun. Misalnya, menyarankan sekolah alternatif yang sesuai dengan nilai Dafa atau memberikan semangat untuk mendaftar jalur prestasi non-akademik jika memungkinkan.

Selain itu, guru juga dapat mengupayakan program remedial atau tugas tambahan yang dilakukan sebelum akhir masa penilaian. Dengan begitu, peningkatan nilai bisa menjadi hasil dari usaha siswa, bukan kompromi etika pendidik.

Peran Modul PPG dalam Membangun Profesionalisme Guru

Studi kasus Ibu Dini hanyalah satu dari banyak skenario dalam Modul 3 PPG yang dirancang untuk menguji kepekaan moral guru dalam praktik nyata. Modul ini menekankan pada:

  • Filosofi pendidikan yang membentuk karakter dan jati diri pendidik.
  • Pendidikan nilai yang berakar pada kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan.
  • Refleksi etis terhadap tindakan guru dalam konteks sosial dan institusional.

Dengan pendekatan ini, calon guru tidak hanya dilatih secara kognitif, tapi juga afektif dan moral.

Menolak Hadiah: Tidak Sama dengan Menolak Sopan Santun

Menerima oleh-oleh dari orang tua siswa dalam konteks permintaan nilai bisa dianggap sebagai bentuk gratifikasi. Meskipun ada norma budaya yang mengaitkan hadiah dengan sopan santun, dalam konteks profesional, sikap tegas sangat dibutuhkan.

Guru dapat tetap bersikap ramah dan berterima kasih, namun dengan sopan menolak hadiah yang bisa menimbulkan konflik kepentingan.

Cara ini menunjukkan kepada orang tua bahwa etika profesional bukanlah bentuk ketidaksopanan, melainkan perlindungan terhadap keadilan bagi semua anak.

Baca Juga: Gaji Guru Lulusan PPG 2025 Mulai dari Rp2 Juta per Bulan, Ini Rincian Besarannya per Golongan

Dampak Positif Sikap Tegas Guru

Dengan menolak permintaan menaikkan nilai secara tidak sah, guru:

  • Menjadi teladan nyata dalam hal kejujuran.
  • Menjaga kepercayaan siswa dan masyarakat terhadap sistem pendidikan.
  • Memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya usaha daripada jalan pintas.
  • Meningkatkan kredibilitas sekolah sebagai institusi pendidikan yang adil dan transparan.

Dalam dunia pendidikan yang ideal, setiap keputusan guru harus berakar pada nilai-nilai integritas dan keadilan. Studi kasus Ibu Dini menjadi pengingat bahwa godaan untuk menyimpang dari nilai profesionalisme akan selalu ada, namun sikap tegas dan konsisten terhadap prinsip etis adalah bentuk pengabdian terbaik seorang guru.

Melalui pelatihan seperti PPG 2025, diharapkan para pendidik di Indonesia semakin peka dan terlatih dalam menghadapi dilema yang serupa, serta mampu menjadi penjaga nilai moral di tengah tantangan sosial yang semakin kompleks.


Berita Terkait


News Update