POSKOTA.CO.ID - Dalam studi kasus yang ditampilkan di Modul PPG 2025, Ibu Dini, seorang wali kelas SMP, didatangi oleh orang tua Dafa. Mereka menyampaikan bahwa nilai anak mereka sedikit di bawah standar minimum untuk mendaftar ke SMA favorit.
Dengan harapan besar, mereka meminta Ibu Dini agar “sedikit membantu” menaikkan nilai Dafa. Untuk menunjukkan niat baik, mereka bahkan membawa oleh-oleh dan memaksa Ibu Dini menerimanya, meskipun tidak secara eksplisit mengaitkannya dengan permintaan menaikkan nilai.
Situasi ini berlangsung tanpa saksi. Tidak ada guru atau staf lain yang tahu percakapan tersebut. Dalam posisi ini, Ibu Dini tidak hanya menghadapi dilema profesional, tapi juga tekanan emosional dari harapan orang tua yang berlandaskan kasih sayang pada anak mereka.
Baca Juga: Thom Haye Tanggapi Rumor ke Persija Jakarta: Semua Opsi Terbuka
Opsi Respons Etis dan Profesional
Dalam Modul PPG, peserta diberikan lima pilihan untuk merespons situasi Ibu Dini. Berikut ini ringkasan dari masing-masing opsi:
- Menerima oleh-oleh tetapi tetap objektif dalam penilaian.
Secara normatif, ini tetap berisiko karena menerima hadiah dapat menciptakan konflik kepentingan atau persepsi negatif. - Menolak permintaan dengan mengarahkan ke opsi sekolah lain.
Respons yang lebih diplomatis, tapi kurang menegaskan sikap tegas terhadap etika penilaian. - Menolak permintaan dan menjelaskan bahwa mengubah nilai tanpa dasar objektif adalah pelanggaran etik.
Ini merupakan jawaban yang paling tepat secara etis dan profesional. - Menaikkan nilai secara diam-diam agar tidak mengecewakan pihak orang tua.
Ini melanggar integritas dan merugikan keadilan akademik secara sistemik. - Memberikan tugas tambahan sebagai syarat menaikkan nilai.
Meskipun terlihat adil, hal ini tetap melanggar prosedur jika dilakukan setelah masa penilaian berakhir.
Jawaban Paling Etis: Menolak dengan Penjelasan Profesional
Pilihan C adalah yang paling sesuai dengan prinsip etika profesi guru. Menyampaikan penolakan secara sopan sekaligus memberikan edukasi tentang keadilan dalam penilaian menunjukkan sikap profesionalisme dan integritas tinggi.
Penolakan ini bukanlah bentuk penolakan terhadap harapan orang tua semata, melainkan bentuk tanggung jawab terhadap seluruh siswa dan sistem pendidikan itu sendiri.
Mengapa Integritas Guru Sangat Penting?
Sebagai figur panutan, guru adalah representasi langsung dari nilai-nilai kejujuran dan keadilan yang diajarkan kepada murid. Jika seorang guru bersedia mengubah nilai karena tekanan atau imbalan, maka kepercayaan terhadap lembaga pendidikan bisa runtuh.
Dalam jangka panjang, perilaku ini dapat menormalisasi korupsi nilai dan menciptakan generasi yang menganggap integritas bisa dinegosiasikan.
Mengutip nilai dalam Kode Etik Guru Indonesia, guru wajib:
- Menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan objektivitas.
- Memberikan penilaian yang adil tanpa diskriminasi.
- Menolak segala bentuk suap atau gratifikasi yang mempengaruhi keputusan profesional.
Solusi yang Konstruktif: Diskusi dan Pendampingan Akademik
Alih-alih menyetujui permintaan orang tua Dafa, Ibu Dini dapat menawarkan diskusi yang membangun. Misalnya, menyarankan sekolah alternatif yang sesuai dengan nilai Dafa atau memberikan semangat untuk mendaftar jalur prestasi non-akademik jika memungkinkan.