Saat merasa sangat lapar, Anda pergi ke dapur dan mengambil sepiring besar nasi.
Namun, ketika berbalik, Anda melihat pasangan Anda menatap Anda. Refleks Anda? Anda langsung meletakkan piring dan menjauh.
Apa yang sebenarnya terjadi di sini?
Respons itu terjadi begitu cepat dan impulsif. Padahal, bisa jadi pasangan Anda hanya ingin membicarakan sesuatu atau bahkan tidak berniat mengomentari makanan Anda sama sekali.
Tetapi karena ada ketidakamanan dalam diri, insecurity, terhadap tubuh Anda, maka Anda merasa dihakimi dan memilih untuk mundur.
"Sebenarnya, Anda sedang memainkan peran sebagai korban: ‘Karena pasangan saya, saya jadi tidak makan.’ Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah Anda sedang sulit menghadapi ketidakamanan Anda sendiri," ujar Gayathri Arvind.
Baca Juga: BPJS Kesehatan Buka Rekrutmen 2025: Cek Syarat, Dokumen, dan Cara Daftarnya!
Belajar Mengenali dan Mengelola Insecurity
Mungkin terdengar menyakitkan, tapi jujur pada diri sendiri adalah langkah pertama untuk berhenti bergantung pada penilaian orang lain.
Ketika Anda merasa cemas, coba tunda reaksi impulsif dan beri waktu pada diri Anda untuk bertanya:
- Bagaimana perasaan saya terhadap diri sendiri saat ini?
- Apakah ada insecurity yang belum saya atasi?
Jika jawabannya ya, mulailah bekerja untuk memahami dan mengelola rasa tidak aman itu. Proses ini bisa mempermudah Anda dalam menghadapi berbagai situasi, terutama yang melibatkan interaksi sosial.
Sebaliknya, jika Anda tidak merasa ada masalah dalam diri Anda, bisa jadi masalahnya ada pada orang lain. Mungkin mereka sedang mengalami hari yang buruk, atau sedang bergelut dengan ketidakamanan mereka sendiri.
Baca Juga: Disnakkan Bogor Periksa Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 2025