Kunci Jawaban Post Test PPG 2025 PSE 3 Modul 2: Strategi Adaptif untuk Guru di Era Modern

Rabu 18 Jun 2025, 16:03 WIB
Kunci Jawaban Post Test PPG 2025 PSE 3, simak informasi selengkapnya di sini. (Sumber: Freepik)

Kunci Jawaban Post Test PPG 2025 PSE 3, simak informasi selengkapnya di sini. (Sumber: Freepik)

POSKOTA.CO.ID - Dapatkan informasi selengkapnya di sini soal dan kunci jawaban Post Test Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025 PSE 3 Modul 2, sebagai persiapan bagi para guru.

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) telah menjadi pilar penting dalam membentuk karakter siswa dan mempersiapkan mereka menghadapi tantangan di masa depan.

Namun implementasinya di lapangan kerap diwarnai berbagai dinamika, menuntut guru untuk tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu beradaptasi dengan kondisi riil di kelas.

Berikut ini lima skenario umum yang dihadapi guru dalam menerapkan PSE, lengkap dengan solusi paling efektif berdasarkan studi kasus dari Modul 2.

Baca Juga: Kunci Jawaban Modul 3 PPG 2025: Panduan Lengkap Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai

Skenario 1: Mengatasi Keengganan Siswa Terhadap Pembelajaran Berbasis Proyek Lapangan

Teks Soal: Pak Raka merupakan guru IPS kelas 7. Beliau akan menerapkan pembelajaran berbasis experiential learning untuk materi aktivitas ekonomi masyarakat dengan meminta siswa bekerja dalam kelompok untuk mengamati dan mewawancarai pelaku usaha kecil di sekitar mereka seperti pedagang kaki lima, penjaja makanan keliling, warung, toko, pasar, dan sebagainya. Kemudian mereka akan menyusun laporan hasil pengamatan dan wawancaranya serta mempresentasikannya di kelas. Kegiatan ini bertujuan mengembangkan pemahaman ekonomi lokal, kerja sama, komunikasi sosial, serta keterampilan seperti empati, bertanggung jawab, dan kemampuan presentasi. Namun saat menjelaskan rencana tersebut, beberapa siswa menyampaikan keberatan mereka karena kegiatan ini terlalu merepotkan dan mempertanyakan mengapa mereka tidak cukup belajar teori di kelas saja. Bagaimana sebaiknya Pak Raka mengatasi situasi ini?

A. Memfasilitasi dialog kelas untuk mendengarkan kendala siswa. Lalu menekankan fleksibilitas. Misalnya memperbolehkan pengamatan dan wawancara dilakukan di lingkungan terdekat dan waktu yang disepakati kelompok.

B. Memahami tantangan siswa akan tugas ini. Lalu mengganti proyek lapangan dengan kegiatan alternatif seperti penayangan video dokumenter tentang aktivitas ekonomi masyarakat. Lalu meminta para siswa berdiskusi di kelas.

C. Mendengarkan keluhan-keluhan siswa terkait proyek lapangan lalu mendiskusikan dengan mereka untuk menemukan solusi yang dapat mengatasi keluhan tersebut sambil memotivasi bahwa mereka pasti bisa.

D. Menawarkan dua pilihan kegiatan yaitu proyek lapangan seperti rencana awal atau tugas alternatif berupa analisis kelompok berkaitan dengan pelaku ekonomi berdasarkan informasi di media sosial video ataupun berita.

E. Menjelaskan pentingnya pembelajaran lapangan dan meminta semua siswa tetap melaksanakan tugas secara rencana tetapi ataupun sesuai rencana tetapi memberikan waktu yang lebih luas agar mereka dapat mempersiapkan dengan lebih baik Baik.

Kunci Jawaban: A

Analisis: Pilihan A adalah pendekatan yang paling efektif dan berpusat pada siswa. Memfasilitasi dialog memungkinkan guru memahami akar keberatan siswa. Dengan menawarkan fleksibilitas dalam lokasi dan waktu, Pak Raka menunjukkan empati dan kompromi, sehingga siswa merasa didengar dan lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran experiential learning yang esensial.

Baca Juga: Kunci Jawaban Modul 3 Topik 2 PPG 2025: Contoh Cerita Refleksi Praktik Mengajar

Skenario 2: Mengatasi Penolakan Guru Terhadap Program Kesejahteraan Mental Siswa

Soal: Pada pertengahan semester Anda melihat banyak siswa tampak lelah, kurang fokus, dan tidak bersemangat. Sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, Anda bersama guru BK merancang program cinta diri dan kesehatan mental untuk membantu siswa mengelola stres melalui kegiatan refleksi dan relaksasi yang disisipkan di sela pembelajaran. Agar program pembelajaran optimal, guru perlu mengikuti pelatihan singkat sebagai fasilitator di kelas. Namun saat rencana ini disampaikan kepada guru mata pelajaran, muncul beberapa penolakan. Mereka menilai kondisi siswa adalah hal yang wajar bagi remaja, bukan tanggung jawab sekolah dan merasa program ini bisa mengganggu waktu belajar. Salah satu guru bahkan berkomentar, "Anak-anak zaman sekarang memang begitu, jangan dibesar-besarkan. Itu urusan orang tua, bukan sekolah. Bagaimana Anda mengatasi situasi ini?"

A. Menyarankan agar program tetap tersedia sebagai pilihan sukarela bagi siswa yang merasa perlu tanpa melibatkan guru mata pelajaran secara langsung untuk menjaga kenyamanan semua pihak.

B. Memilih untuk menunda pelaksanaan program dan mengamati situasi lebih lanjut sambil berharap kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental akan tumbuh seiring waktu di kalangan guru.

C. Menjelaskan kembali tujuan program dengan empatik dan berbasis data dalam diskusi para guru, mendengarkan kekhawatiran mereka dan mendiskusikan solusi agar program dapat dijalankan.

D. Menjelaskan atau menyampaikan kembali rencana program dalam forum guru. Menekankan manfaatnya dan membuka ruang bagi guru yang bersedia untuk terlibat sambil tetap menghormati pendapat guru lain.

E. Menyusun strategi komunikasi berbasis data bersama guru BK. lalu mengadakan diskusi bersama para guru lain agar memahami urgensi program dan membuat kesepakatan agar tidak membani.

Kunci Jawaban: C

Analisis: Pilihan C adalah langkah paling strategis untuk membangun dukungan. Menjelaskan tujuan program secara empatik dan didukung data akan membantu guru memahami urgensi kesehatan mental sebagai bagian dari kesejahteraan siswa. Mendengarkan kekhawatiran mereka dan bersama-sama mencari solusi akan menumbuhkan rasa kepemilikan dan mengurangi resistensi.

Skenario 3: Menyelesaikan Tuduhan dan Membangun Keadilan di Kelas

Soal: Abi merupakan siswa kelas 4 SD yang dikenal aktif dan sering membuat gaduh di kelas. Suatu hari seorang siswa menuduh Abi mengambil penghapus yang hilang dari meja ketika jam istirahat. Banyak siswa langsung percaya karena reputasi Abi sebelumnya yang sering jahil. Abi membantah dengan keras bahkan sampai menangis karena ia tidak merasa mengambilnya. Namun tidak ada yang membelanya. Bu Ani sebagai wali kelas mempercayai tuduhan itu karena mayoritas siswa satu suara menyalahkan Abi. Namun beliau belum pernah melihat Abi menangis dengan sangat sedih seperti itu sehingga timbul keraguan Abi bukanlah pelakunya. Apa tindakan paling tepat yang sebaiknya dilakukan Bu Ani?

A. Menginisiasi sesi mediasi antara Abi dan siswa yang menuduhnya untuk mengetahui kedua sudut pandang. Lalu menyampaikan pada kelas bahwa tujuan harus disertai bukti agar adil untuk semuanya.

B. Memisahkan Abi dengan teman-temannya ee teman-teman yang menuduhnya dan memberikan himbauan kepada semua siswa di kelas untuk bersikap jujur dan tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang jelas.

C. Menasihati seluruh kelas agar lebih berhati-hati menaruh barang pribadi dan tidak menyalahkan orang lain tanpa bukti. Lalu meminta Abi dan teman ee dan teman yang menuduhnya untuk berdamai.

D. Menyampaikan kepada seluruh kelas pentingnya menghindari prasangka dan meminta maaf kepada Abi atas situasi yang terjadi sambil mengajak kelas membuat kesepakatan bersama untuk saling menghormati.

E. Menggunakan momen ini sebagai pelajaran kelas dengan mengangkat topik prasangka dan adil dalam pembelajaran lalu memberikan contoh sikap yang adil dari pengalaman sehari-hari di kelas.

Kunci Jawaban: A

Analisis: Menginisiasi mediasi (A) adalah tindakan paling tepat. Ini memungkinkan kedua belah pihak menyampaikan perspektif mereka, mendorong pemahaman, dan yang terpenting, mengajarkan seluruh kelas tentang pentingnya keadilan dan bukti dalam tuduhan. Ini membangun lingkungan kelas yang adil dan suportif.

Baca Juga: Contoh Jurnal Modul 2 PPG 2025: Implementasi PSE untuk Menumbuhkan Karakter Murid

Skenario 4: Mengatasi Keluhan Kolaborasi Proyek dan Beban Orang Tua

Soal: Anda adalah guru IPA SD yang ingin mengajarkan konsep daur ulang dan pengelolaan sampah sebagai ee kepada siswa kelas 4. Untuk menerapkan experiential learning. Anda merancang proyek e proyek yang bertujuan untuk mempelajari pengelolaan sampah. Pembuatan karya produk daur ulang sederhana dari sampah. dan presentasi hasil karya yang akan ditampilkan dalam pameran. Anda melibatkan guru prakarya bahasa Indonesia dan BK untuk mendukung berbagai aspek proyek seperti melibatkan orang tua untuk mendukung pengumpulan bahan baku dan mengundangnya hadir di pameran. Namun muncul keluhan dari guru yang merasa khawatir akan ee mengganggu jam pelajarannya. Nah, selain itu juga siswa dan orang tua juga mengeluh karena harus mengumpulkan barang daur ulang dari rumah. Dan orang tua merasa terbebani harus membantu kegiatan ini di tengah kesibukan. Sementara anak-anak dianggap belum mampu mengerjakan tugas ini secara mandiri. Bagaimana Anda mengatasi situasi ini?

A. Mengalihkan kegiatan proyek menjadi pembelajaran interaktif di kelas seperti penayangan video, diskusi, dan penjelasan guru tentang daur ulang dan pengelolaan sampah.

B. Melakukan diskusi dengan perwakilan orang tua, siswa, dan guru untuk memahami kesulitan dan mendapatkan solusi yang paling mendukung agar proyek dapat berjalan.

C. Mengurangi cakupan proyek dengan kegiatan daur ulang sampah dari barang-barang yang dapat ditemui di sekolah sehingga siswa tidak perlu membawa barang dari rumah.

D. Tetap melaksanakan proyek ini sesuai dengan rencana dan menjelaskan kembali tujuan kegiatan ini serta meyakinkan orang tua mengenai manfaat yang akan siswa peroleh.

E. Mencicil pengumpulan benda daur ulang dan membuat kegiatan prakarya di sekolah dengan bimbingan guru sehingga tidak membebani orang orang tua.

Kunci Jawaban: B

Analisis: Melakukan diskusi kolaboratif dengan semua pihak (B) adalah pendekatan terbaik. Ini menunjukkan kepemimpinan yang partisipatif, memungkinkan guru untuk memahami akar keluhan dari perspektif yang berbeda (guru, siswa, orang tua), dan bersama-sama menemukan solusi kreatif yang dapat memastikan proyek tetap berjalan efektif tanpa membebani.

Skenario 5: Mendampingi Siswa Pendiam dalam Diskusi Kelompok

Soal: Dalam pelajaran IPS di kelas 7, Anda membagi siswa ke dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan peristiwa penting dalam sejarah. Di salah satu kelompok, Ardi tampak tidak aktif. Ia duduk diam dan tampak ragu-ragu saat teman-temannya berdiskusi. Anda mengetahui bahwa Ardi adalah siswa yang pendiam dan sering merasa canggung dalam situasi sosial. Setelah Anda tanyakan secara pribadi, Ardi mengaku takut salah bicara dan khawatir dijadikan bahan ejekan. Anda ingin membantunya agar lebih percaya diri dan terlibat aktif, tetapi juga tidak ingin membuatnya merasa dipaksa atau diperhatikan secara berlebihan oleh teman-temannya. Bagaimana strategi yang akan Anda terapkan?

A. Memberikan dorongan atau motivasi kepada Ardi agar lebih percaya diri dalam berdiskusi sambil mengatakan bahwa Anda akan memantau dari kejauhan dan menunggu ia untuk lebih aktif.

B. Memberikan semangat kepada Ardi untuk mencoba bicara dan mengingatkan seluruh siswa agar saling menghargai lalu melanjutkan diskusi seperti biasa.

C. Menugaskan teman satu kelompok Ardi untuk mengajak dan menyemangatinya untuk berbicara lalu meminta mereka untuk mengapresiasi pendapat Ardi.

D. Melakukan pendekatan untuk memahami perasaan Ardi lalu menawarkan peran kecil dalam kelompok seperti mencatat sebagai langkah awal kepercayaan diri.

E. Mendampingi Ardi secara personal dan memberikan ataupun memberinya kesempatan untuk berbicara terlebih dahulu melalui diskusi kecil dengan Anda sebelum bergabung di dalam di dalam kelompok.

Kunci Jawaban: E

Analisis: Opsi E adalah strategi paling efektif untuk kasus Ardi yang pendiam dan canggung. Pendekatan personal memungkinkan guru membangun rapport, menciptakan lingkungan yang aman bagi Ardi untuk berlatih berbicara tanpa tekanan kelompok. Setelah Ardi merasa lebih nyaman, ia akan lebih siap untuk bergabung dalam diskusi kelompok yang lebih besar.


Berita Terkait


News Update