Saat seseorang hadir dan memberi perhatian yang tak pernah kita rasakan sebelumnya, kita merasa hidup.
Ada rasa aman, dilihat, dan diterima. Tapi justru di sinilah jebakan mulai terbentuk.
Luka lama berubah menjadi harapan baru, yakni bahwa orang ini akan mengisi kekosongan yang selama ini ada. Harapan yang muncul dari luka inilah yang sering kali membuat kita terlalu terikat.
Dari Keterikatan ke Ketergantungan
Pada awalnya, keterikatan tampak seperti bentuk cinta. Tapi ketika perasaan aman hanya bisa kita rasakan saat orang itu hadir, saat suara mereka menentukan suasana hati kita, maka keterikatan itu sudah melampaui batas, menjadi ketergantungan emosional.
“Ini seperti bersandar begitu keras pada seseorang, sehingga jika mereka menjauh, bahkan sesaat, Anda roboh,” ungkap Gayathri.
Kita mulai mengecilkan diri sendiri, menekan kebutuhan pribadi, dan perlahan, kehilangan suara serta jati diri.
Baca Juga: 5 Tanda Anda Memerlukan Batasan Personal dengan Orang Lain untuk Menjaga Kesehatan Mental
Menyadari Pola Adalah Awal Penyembuhan
Langkah pertama untuk lepas dari keterikatan berlebihan adalah menyadari bahwa ini adalah pola bawah sadar.
Bukan karena kita lemah atau terlalu sensitif. Ini adalah warisan emosi yang terbentuk lama, bahkan sebelum kita punya kendali atas hidup kita.
Saat Anda mulai menyadarinya, otak Anda mulai berubah. Bagian dari otak yang membantu Anda membuat pilihan sadar, korteks prefrontal, menjadi aktif.
Dan dengan latihan kesadaran, Anda mulai bisa membuat keputusan yang berbeda. Seperti yang ditekankan Gayathri, “Ingatkan diri Anda: saya bisa memilih dengan cara yang berbeda sekarang.”