POSKOTA.CO.ID – Praktik-praktik spiritual yang tidak bersifat religius, seperti meditasi hingga pelayanan tanpa pamrih, dapat membawa dampak signifikan bagi kesehatan mental.
Hal ini disampaikan oleh mental health advocate sekaligus pendiri Abhasa Rehab and Wellness, Gayathri Arvind, dalam sebuah pernyataan publik baru-baru ini.
“Bukan ritual keagamaan, melainkan praktik-praktik abadi yang menenangkan pikiran, memperkuat sistem saraf, dan menjadikan Anda lebih kuat secara emosional,” ujar Gayathri, dikutip oleh Poskota dari kanal YouTube Abhasa - Mental Health pada Senin, 16 Juni 2025.
Berikut lima praktik yang ia sebut sebagai game changer untuk kesehatan mental.
Baca Juga: Cara Konsultasi ke Psikolog Menggunakan BPJS Kesehatan
Meditasi: Observasi Tanpa Penilaian
Gayathri menekankan bahwa meditasi yang dimaksud bukanlah teknik yang rumit.
“Cukup duduk, pejamkan mata, dan amati apa yang terjadi di dalam diri Anda tanpa menghakimi,” jelas Gayathri Arvind. Dengan konsistensi, perubahan fisik pada otak pun bisa terjadi.
Ia menjelaskan bahwa bagian otak seperti prefrontal cortex, yang mengatur fokus dan pengambilan keputusan, akan menguat, sementara amigdala, pemicu stres dan ketakutan, menjadi lebih tenang. Setelah beberapa bulan, tubuh mulai melepaskan endocannabinoids, senyawa alami yang membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan rasa tenang.
“Mulailah dengan lima menit setiap hari, dan biarkan durasinya berkembang secara alami,” sarannya.
Baca Juga: 5 Tanda Anda Memerlukan Batasan Personal dengan Orang Lain untuk Menjaga Kesehatan Mental
Pranayama: Mengendalikan Napas, Mengendalikan Diri
Praktik pranayama atau latihan pernapasan, menurut Gayathri, memberikan kontrol atas sistem saraf.
“Saat Anda bernapas otomatis, Anda seperti duduk di kursi penumpang. Tapi saat bernapas secara sadar, Anda mengambil alih kemudi,” katanya.
Penelitian di institusi seperti Harvard dan Stanford menunjukkan bahwa pranayama mengaktifkan sistem saraf parasimpatik, menurunkan hormon stres seperti kortisol, dan meningkatkan aliran oksigen serta kestabilan emosional.
“Dalam Ayurveda, napas dianggap sebagai jembatan antara tubuh dan pikiran,” ujarnya, sambil mendorong untuk belajar langsung dari pengajar berpengalaman.
Baca Juga: 3 Penyakit Ini Sering Dialami Peserta Program Cek Kesehatan Gratis
Devosi: Kembali ke Hati
Meski terdengar religius, Gayathri menegaskan bahwa devosi berarti memberikan hati kepada sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri.
“Kita semua butuh ruang di mana kita tidak perlu membuktikan apa pun. Devosi mengalirkan cinta tanpa syarat, dan itu menyembuhkan,” jelasnya.
Secara neurologis, praktik ini mengaktifkan sistem limbik, pusat emosi di otak, dan meningkatkan oksitosin, hormon yang memunculkan rasa aman dan koneksi.
“Cukup dengan mengucap terima kasih atau menyimpan simbol cinta yang memberi kedamaian,” ujarnya.
Baca Juga: Kemenkes Catat 50 Persen Perempuan Alami Obesitas Sentral Saat Cek Kesehatan Gratis
Seva: Pelayanan Tanpa Pamrih
Menurut Gayathri, seva atau pelayanan tanpa pamrih adalah cara ampuh untuk mengurangi ego dan memperluas makna hidup.
“Tak perlu hal besar, cukup memasak dengan cinta atau membantu orang tua tanpa diminta,” katanya.
Aktivitas ini terbukti meningkatkan dopamin dan oksitosin, serta memperkuat empati dan keterhubungan.
“Bahkan satu tindakan kecil setiap minggu sudah cukup,” katanya.
Baca Juga: Cara Membicarakan Kesehatan Mental kepada Pasangan, Simak Langkahnya
Satsang: Pilih Lingkungan yang Menenangkan
Terakhir, satsang, yang secara harfiah berarti “berkumpul dalam kebenaran,” didefinisikan sebagai lingkungan yang membawa ketenangan.
“Ini bukan sekadar acara spiritual, tapi siapa yang Anda temani, percakapan seperti apa yang Anda ikuti,” jelas Gayathri.
Ia menekankan peran mirror neurons dalam menyerap energi sekitar.
“Satsang bisa berupa buku bermakna, podcast inspiratif, atau duduk bersama seseorang yang damai. Pribadi saya menyukai Bhagavad Gita,” ujarnya.
Dengan pendekatan yang membumi, Gayathri Arvind menyoroti pentingnya membangun keseimbangan mental lewat praktik spiritual yang sederhana namun berdampak besar, selaras dengan riset ilmiah dan tradisi kuno yang saling melengkapi.